kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.220   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Reksadana saham bakal raih kinerja paling tinggi


Jumat, 17 Maret 2017 / 17:02 WIB
Reksadana saham bakal raih kinerja paling tinggi


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Imbal hasil reksadana saham minus sepanjang Februari 2017, akan tetapi kinerja reksadana saham diperkirakan masih akan terus menguat hingga akhir tahun ini. Sebaliknya, kinerja reksadana campuran berpotensi melemah.

Hingga akhir Februari lalu, rata-rata imbal hasil reksadana saham tercatat sebesar 11,43% year on year. Sementara reksadana pendapatan tetap memberikan imbal hasil sebesar 9,34% year on year dan reksadana campuran 11,44% year on year.

Direktur Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo optimistis, reksadana saham akan membukukan kinerja paling tinggi di antara jenis reksadana lainnya pada tahun ini. Bahana TCW Investment Management memperkirakan pada tahun ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bertumbuh sekitar 17,6%. Pendapatan emiten diperkirakan lebih baik dari tahun lalu.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pun diharapkan lebih tinggi pada tahun ini. Sepanjang tahun 2016, Produk Domestik Bruto Indonesia mencapai 5,02%. Tetapi, Soni juga mengingatkan ada beberapa faktor risiko yang secara umum dapat mempengaruhi kinerja di pasar finansial.

“Faktor dari luar negeri, seperti masih ada ketidakpastian mengenai arah kebijakan Presiden Donald Trump, juga rencana kenaikan tingkat suku bunga di Amerika Serikat dan berbagai pemilihan umum di Eropa,” kata Soni, Kamis (16/3) kemarin.

Walaupun Presiden Trump sudah berbicara pada beberapa saat lalu dan sempat membuat Indeks Dow Jones menguat mencapai rekor baru karena optimisme perekonomian Amerika Serikat akan pulih, Soni beranggapan masih banyak hal yang belum terungkap jelas mengenai arah kebijakan Trump. Kebijakan populis akan membuat investor lebih tertarik berinvestasi di pasar saham di negara maju.

Seperti yang sudah diperkiraan oleh para pelaku pasar, bank sentral AS Federal Reserve menaikkan tingkat suku bunganya sebesar 25 basis poin menjadi 0,75-1%. Kenaikan tingkat suku bunga Federal Reserve berpotensi memperkuat posisi dollar AS terhadap mata uang lainnya termasuk rupiah.

Di Eropa, beberapa negara melaksanakan kampanye dan pemilu pada tahun ini, hingga Maret tahun depan. “Mungkin dampaknya tidak langsung, tetapi ada sentimen sesaat seperti ketika Brexit kemarin,” lanjut Soni.

Di beberapa negara, partai-partai dengan kebijakan populis tampaknya akan memberikan warna pada pemilu Eropa. Sementara suhu politik di dalam negeri terkait pemilihan kepala daerah menurut Soni tidak terlalu mempengaruhi pasar keuangan.

Soni memperkirakan, reksadana pendapatan tetap pada tahun ini masih dapat membukukan kenaikan antara 8 dan 10%. Pasar obligasi memiliki katalis positif karena diperkirakan permintaan obligasi masih terus menanjak.

Valuasi obligasi di dalam negeri masih murah, karena koreksi cukup tajam pada akhir tahun lalu.  Aturan Otoritas Jasa Keuangan yang mewajibkan industri keuangan non bank seperti asuransi dan dana pensiun menempatkan dananya 30%   pada surat berharga negara membuat permintaan obligasi bertambah. Lelang obligasi di awal tahun selalu kelebihan permintaan.

Sementara risiko dari luar negeri seperti  yang sudah disebutkan di atas juga akan mempengaruhi pasar obligasi. Penguatan dollar AS membuat harga aset dalam rupiah termasuk obligasi akan menurun sehingga mempengaruhi kinerja reksadana pendapatan tetap. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×