kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Reksadana campuran paling berkilau di 2016


Senin, 02 Januari 2017 / 16:20 WIB
Reksadana campuran paling berkilau di 2016


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Reksadana campuran berhasil membukukan return tertinggi sepanjang tahun 2016. Mengacu data Infovesta Utama, pada tahun 2016, rata-rata return reksadana campuran (Infovesta Balanced Fund Index) mencapai 9,29%. Ini melampaui rata-rata return reksadana pendapatan tetap (Infovesta Fixed Income Fund Index) yang tumbuh 8,02% dan rata-rata return reksadana saham yang melonjak 7,69% periode sama.

Senior Research and Analyst pasardana.id Beben Feri Wibowo menuturkan, wajar apabila kinerja reksadana campuran paling perkasa selama tahun 2016. Sebab, bursa saham domestik naik 15,32% ke level 5.296,71 tahun lalu. Begitu pula dengan pasar obligasi (Indonesia Composite Bond Index) yang meruap return 13,74%.
"Kondisi tahun ini secara keseluruhan lebih baik dari tahun 2015," terangnya.

Katalis positif bersumber dari aksi Bank Indonesia yang memangkas suku bunga BI rate sebanyak empat kali dan BI 7-Day reverse repo rate sebesar tiga kali. Nilai tukar rupiah juga cenderung menguat di hadapan dollar Amerika Serikat (AS). Apalagi laju pertumbuhan ekonomi stabil dan bertahan di atas level 5%.

Amunisi juga berasal dari keberhasilan kebijakan amnesti pajak periode pertama dan pemilihan Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan Republik Indonesia. Bahkan, pada Desember 2016, lembaga pemeringkat Fitch Ratings menetapkan Outlook Sovereign Credit Rating Indonesia dari stabil menjadi positif. Ini sekaligus mengafirmasi rating Indonesia di level investment grade.

Memang pasar modal dalam negeri sempat tertekan pada pertengahan kuartal IV 2016. Ini lantaran kemenangan tak terduga Donald Trump sebagai Presiden AS serta kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Fed) pada Desember 2016 sebesar 25 bps menjadi 0,5% - 0,75%. Walhasil, rupiah pun sempat kembali terperosok ke level Rp 13.555 per dollar AS. Investor asing juga berbondong-bondong menarik dananya dari tanah air.

Kendati demikian, karakteristik reksadana campuran yang fleksibel menjadi keunggulan utama. Misalnya, di kala pasar saham koreksi, manajer investasi dapat mengalihkan porsi efek saham ke pasar obligasi, baik surat utang negara (SUN) maupun obligasi korporasi. Bahkan, porsi instrumen pasar uang semisal deposito perbankan juga dapat diperbesar guna mengamankan cuan dan menahan tekanan. "Bisa saling mengkompensasi," imbuhnya.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×