Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pembangunan Jaya Ancol mencatat penurunan kinerja selama kuartal III-2025.
Melansir laporannya di Bursa Efek Indonesia (BEI), PJAA membukukan laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 58,62 miliar. Angka ini anjlok 41,72% secara tahunan (year on year/YoY) dari perolehan setahun sebelumnya Rp 100,59 miliar.
Seiring dengan itu, pendapatan PJAA juga menurun 9,4% YoY menjadi Rp 798,52 miliar dari semula Rp 881,44 miliar di kuartal III tahun lalu.
Menurut Corporate Communication PJAA, Daniel Windriatmoko, hal ini disebabkan oleh menurunnya angka kunjungan masyarakat terhadap Ancol.
Baca Juga: BI Tahan Suku Bunga, Begini Proyeksi Rupiah hingga Akhir Tahun 2025
“Hal ini dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi, yang membuat masyarakat lebih selektif dalam mengalokasikan pengeluaran untuk kegiatan rekreasi,” ungkap Daniel kepada Kontan, Rabu (22/10/2025).
Menilik laporan keuangannya, memang, rerata pos pendapatan PJAA tercatat mengalami penurunan.
Misalnya, segmen pendapatan tiket berkurang 14,44% YoY menjadi Rp 537,84 miliar, begitupun pendapatan hotel dan restoran minus 13,27% YoY ke Rp 49,89 miliar. Dari pos real estate, PJAA mencatat 0 pendapatan dari sebelumnya Rp 5,67 miliar.
Tak mau berlarut dengan keadaan, PJAA kata Daniel telah menyiapkan sejumlah strategi untuk memancing kunjungan wisatawan. Hal ini dilakukan dengan mematok promosi dan diskon khusus berupa bundling produk, juga menggelar hiburan dan acara tematik baik lewat kolaborasi eksternal maupun internal.
Di sektor properti, PJAA juga tengah mengembangkan proyek mini cluster hunian menengah di Jakarta Utara sebagai bagian dari kontribusi terhadap program penyediaan perumahan bagi masyarakat.
“Di sektor hospitality, PJAA berfokus pada peningkatan okupansi melalui strategi pemasaran digital dan optimalisasi layanan untuk menciptakan service excellence kepada pengunjung,” terang Daniel kepada Kontan, Rabu (22/10/2025).
Hingga akhir 2025, PJAA menarget jumlah pengunjung mencapai 9,3 juta orang, seiring dengan upaya promosi dan penyelenggaraan event tematik di kawasan Ancol.
Dari sisi pendapatan, lanjut Daniel, PJAA mendorong pendapatan dengan menerapkan kebijakan dynamic pricing, atau penyesuaian harga tiket berdasarkan periode high season dan low season.
Dari sisi operasional, PJAA juga memperkuat integrasi digitalisasi layanan sehingga diharapkan menjadikan pengalaman wisata yang lebih modern dan efisien sekaligus menciptakan ekosistem digital yang menyatukan informasi, transaksi, dan layanan komunitas.
“Sehingga diharapkan di akhir tahun 2025 dapat mendorong pendapatan perseroan,” pungkas Daniel.
Kepala Riset Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi menilai, kinerja Ancol di periode kuartal lll tahun ini moderat.
Pendapatannya dinilai masih cukup stabil karena kontribusi rekreasi sebagai motor utama pendapatan. Namun, marginnya sedikit tertekan.
Menurut dia, adanya tekanan biaya operasional dan konsumsi masyarakat yang belum pulih menjadi sebab moderatnya kinerja PJAA di kuartal III.
“Selain itu, cuaca ekstrem dan harga tiket dan biaya transportasi juga menekan kunjungan ke taman hiburan,” tambahnya.
Supaya kembali pulih, PJAA menurut Wafi perlu fokus pada diversifikasi pendapatan, misalnya melalui acara besar, kolaborasi pariwisata digital, dan optimalisasi aset properti di sekitar kawasan Ancol.
Bila dilakukan, hal ini dapat menjaga arus kas PJAA sekaligus menambah pendapatan berulang (recurring income).
Secara prospek, Wafi melanjutkan, PJAA masih punya peluang untuk membalikkan kinerja keuangan lebih positif. Terlebih, momen libur akhir tahun sudah di depan mata.
Injeksi stimulus pemerintah juga bisa menambah gairah masyarakat untuk mengunjungi tempat-tempat wisata dan hiburan di akhir tahun ini.
“Negatifnya, daya beli belum sepenuhnya pulih dan kompetisi hiburan digital semakin ketat,” imbuh Wafi.
Dengan sentimen itu, Wafi merekomendasikan beli saham PJAA dengan target harga Rp 720 per saham.
Adapun secara teknikal, Head Online Trading Support (OTS) BCA Sekuritas, Achmad Yaki melihat, saham PJAA menarik dikoleksi dalam jangka pendek dengan support Rp 494 dan resistance Rp 590.
Pertimbangan dia, pola bullish harami yang muncul disertai penguatan RSI serta terbentuknya stochastic golden cross mengindikasikan potensi pembalikan arah ke tren naik.
Namun, sinyal tersebut belum sepenuhnya kuat karena volume perdagangan menurun. Dus, Yaki mengingatkan saham PJAA rawan koreksi jika gagal menembus area Rp 545–575.
Baca Juga: Laba DCI Indonesia (DCII) Naik 83,53% jadi Rp 824,98 Miliar per Kuartal III-2025
Selanjutnya: Ikon Layanan Eksekutif, KA Argo Bromo Anggrek Telah Layani 288.000 Penumpang
Menarik Dibaca: Ikon Layanan Eksekutif, KA Argo Bromo Anggrek Telah Layani 288.000 Penumpang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News