Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah cukup dalam pada perdagangan terakhir pekan lalu. IHSG turun 1,94% atau 123 poin ke level 6.258,17 pada Jumat (21/3), dengan akumulasi pelemahan 3,95% dalam sepekan.
IHSG bahkan sempat terperosok lebih dari 5% pada akhir perdagangan sesi pertama pada Selasa, 18 Maret 2025 lalu, sehingga Bursa Efek Indonesia (BEI) terpaksa memberlakukan penghentian sementara atau trading halt selama 30 menit.
Community & Retail Equity Analyst Lead PT Indo Premier Sekuritas, Angga Septianus pun mengimbau para trader wajib mencermati level support IHSG di level 6.500 yang sudah jebol dan kini bergerak menuju level psikologis 6.000.
"IHSG terkonfirmasi dalam teritori bearish seiring penurunan lebih dari 20% dari titik tertinggi tanggal 19 September 2024 lalu," ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Kontan, Minggu (23/3).
Baca Juga: IHSG Dibuka Melemah 0,59% ke level 6.220 pada Perdagangan Senin (24/3)
Penurunan IHSG pada sepekan lalu dipengaruhi penurunan tajam sektor IDX Technology tercermin dari penurunan saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang bobotnya sangat signifikan dan sektor IDX Cyclical yang disebabkan penurunan tajam saham PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) dan PT MNC Digital Entertainment Tbk (MSIN).
“Tragisnya, secara mingguan, tidak ada sektor yang hijau atau positif dalam sepekan lalu,” paparnya.
Terkait potensi market pada minggu terakhir sebelum libur panjang Hari Raya Nyepi dan Idul Fitri yang hanya akan berlangsung selama 4 hari perdagangan (24-27 Maret 2025), Angga pun mengimbau para trader untuk mencermati dua sentimen utama.
Pertama, data inflasi Personal Consumption Expenditures (PCE) Amerika Serikat (AS). Pasar akan mencermati data inflasi PCE AS yang akan dirilis pada Jumat mendatang dan diharapkan dapat mendekati target inflasi 2%.
Kedua, pergerakan rupiah terhadap dolar AS yang masih dalam tekanan seiring masih derasnya aksi jual asing pada pasar saham dan juga obligasi atau surat utang.
Baca Juga: Proyeksi IHSG pada Perdagangan Senin (24/3) Setelah Tertekan di Akhir Pekan Lalu
“Selain itu, risiko pelemahan rupiah lanjutan dapat terjadi seiring risiko repatriasi asing, setelah mendapatkan dividen dari emiten-emiten pembagi dividen, terutama perbankan,” ungkapnya.