kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.679.000   7.000   0,42%
  • USD/IDR 16.490   100,00   0,60%
  • IDX 6.520   249,06   3,97%
  • KOMPAS100 949   42,15   4,65%
  • LQ45 738   34,14   4,85%
  • ISSI 202   5,55   2,82%
  • IDX30 382   17,70   4,85%
  • IDXHIDIV20 462   16,68   3,75%
  • IDX80 107   4,47   4,34%
  • IDXV30 110   2,54   2,36%
  • IDXQ30 125   5,23   4,36%

Emiten CPO Grup Salim Toreh Laba Tinggi di 2024, Simak Rekomendasi Sahamnya


Senin, 03 Maret 2025 / 20:28 WIB
Emiten CPO Grup Salim Toreh Laba Tinggi di 2024, Simak Rekomendasi Sahamnya
ILUSTRASI. Pabrik Kelapa Sawit PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP). Emiten kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) Grup Salim kompak membukukan kenaikan laba bersih di tahun 2024.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) Grup Salim kompak membukukan kenaikan laba bersih di tahun 2024. 

Laba naik tinggi meski pos pendapatan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) sama-sama lesu tahun lalu.

LSIP mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk alias laba bersih tercatat Rp 803,34 miliar per Desember 2024. Laba tersebut naik 75,56% secara tahunan alias year on year (yoy) dari Rp 457,59 miliar per Desember 2023.

Peningkatan laba bersih itu diawali dengan kenaikan tipis pada pos pendapatan dari kontrak dengan pelanggan. LSIP membukukan pendapatan Rp 2,924 triliun di tahun 2024, naik tipis 0,05% yoy dari Rp 2,922 triliun di tahun sebelumnya.

Secara rinci, pendapatan LSIP tahun lalu mayoritas berasal dari penjualan segmen minyak kelapa sawit yang menyumbang Rp 2,35 triliun ke pendapatan tahun lalu. Lalu, segmen inti sawit dan produk terkait menyumbang Rp 345,69 miliar, segmen lainnya Rp 125,20 miliar, dan segmen karet Rp 86,75 miliar.

Baca Juga: Melesat 75,56%, London Sumatra (LSIP) Catat Laba Bersih Rp 803,34 Miliar di 2024

Kabar baik untuk LSIP juga datang dari keputusan Bursa Efek Indonesia (BEI) memasukan LSIP ke dalam IDX80 untuk periode 3 Februari 2025 hingga 30 April 2025.

Sementara, SIMP penurunan penjualan ke Rp 15,96 triliun di tahun 2024, dari Rp 16 triliun di tahun sebelumnya.

Namun, laba bruto SIMP naik 44% yoy menjadi Rp 4,84 triliun dan laba usaha naik 71% menjadi Rp3,30 triliun di tahun 2024. Alhasil, laba bersih meningkat 110% yoy menjadi Rp 1,55 triliun di akhir Desember 2024.

Direktur Utama Grup SIMP, Mark Wakeford mengatakan, penjualan Divisi Perkebunan dan Minyak & Lemak Nabati (EOF) naik masing-masing 10% yoy dan 9% yoy. 

Peningkatan harga jual rata-rata (average selling price/ASP) produk sawit dan produk EOF berkontribusi pada kenaikan penjualan Divisi Perkebunan dan EOF. Sayangnya, sebagiannya harus diimbangi oleh penurunan volume penjualan produk sawit. 

“Namun, penjualan eksternal Grup SIMP, setelah eliminasi, relatif sama secara tahunan seiring kenaikan penjualan antarsegmen,” ujarnya dalam keterbukaan informasi tanggal 28 Februari 2025.

Menurut Mark, capaian tersebut didorong oleh kenaikan harga komoditas serta upaya perseroan dalam pengendalian biaya dan efisiensi. Sektor agribisnis pada tahun 2024 masih menghadapi berbagai tantangan, terutama dari dampak cuaca, volatilitas harga komoditas, dan ketidakpastian global. 

“Namun, kami tetap berfokus pada peningkatan kegiatan operasional dan produktivitas, prioritas belanja modal pada aspek-aspek yang penting, peningkatan pengendalian biaya dan efisiensi, serta pemberlakuan praktik-praktik agrikultur yang baik secara berkelanjutan,” ungkapnya.

Dari segi produksi, SIMP mencatatkan produksi tandan buah segar alias TBS sebanyak 2,8 juta ton di tahun 2024. Raihan itu turun sekitar 1% dari produksi di tahun 2023 yang sebanyak 2,78 juta.

Sementara, produksi minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) sebanyak 706 ribu ton di tahun lalu, naik sedikit dari produksi CPO di tahun 2023 yang sebanyak 708 ribu ton.

Baca Juga: LSIP, SSIA, TAPG Masuk ke Indeks IDX80 Mulai 3 Februari 2025

Replanting

Direktur PT Rumah Para Pedagang, Kiswoyo Adi Joe melihat, penurunan kinerja LSIP dikarenakan aksi penanaman ulang alias replanting pohon sawit tua yang sedang berlangsung.

Proses replanting itu membuat emiten harus menunggu hingga sekitar 7 tahun untuk bisa kembali memaksimalkan profit dari tanaman yang baru ditanam itu.

“Kondisinya masih akan begitu ke depan untuk LSIP, tetapi terbantu harga CPO yang di tahun ini kemungkinan bakal masih di level sekitar MYR 4.000 per ton,” ujarnya kepada Kontan, Senin (3/3).

Terkait masuknya LSIP ke IDX80, hal itu dinilai Kiswoyo merupakan penilaian yang wajar. Sebab, return on equity (ROE) LSIP saat ini sudah 11,76% dan mengindikasikan likuiditasnya baik.

Sementara, untuk SIMP laju kinerjanya tidak sekencang LSIP lantaran SIMP memiliki fokus bisnis produksi minyak goreng. Perusahaan yang memproduksi minyak goreng terganjal masalah tanggal kadaluarsa produk tersebut, sedangkan yang hanya menjual produk minyak kelapa sawit tidak memiliki masalah tersebut.

Menurut Kiswoyo, biaya produksi minyak goreng itu cenderung sama, baik untuk skala besar maupun kecil. Namun, permasalahannya ada pada apakah produk jadi tersebut bisa terjual habis sampai batas waktu kadaluarsanya.

“Untungnya, produk olahan SIMP bisa didistribusikan langsung ke emiten konsumer Grup Salim lain, sehingga kemungkinan terbuang karena tidak laku itu kecil,” ungkapnya.

Di tahun 2025, kinerja LSIP dan SIMP kemungkinan masih akan sama kondisinya dengan hasil kinerjanya di tahun 2024. Alasannya, karena produksi yang kecil akibat replanting, tetapi terbantu dari harga CPO yang masih ada di level yang cukup tinggi di tahun ini.

Baca Juga: Evaluasi IDX80: LSIP, SSIA & TAPG Masuk, Gusur BUKA, MPMX & SMDR

Biaya operasional mereka kemungkinan juga akan sedikit ringan lantaran harga pupuk yang bisa mengalami penurunan akibat indikasi perdamaian antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia.

Sebagaimana diketahui, blokade perdagangan terhadap Rusia membuat harga sulfat, yang merupakan bahan baku pupuk, naik. Padahal, Rusia merupakan produsen utama sulfat. Harga jagung dan kedelai global juga terpantau masih tinggi, sehingga harga CPO juga pasti ikut tinggi. 

“Namun, kondisi harus dipantau secara berkala. Tapi, setidaknya harga CPO bisa bertahan tinggi di kuartal I 2025,” paparnya.

Alhasil, Kiswoyo pun merekomendasikan beli untuk saham LSIP dan SIMP dengan target harga masing-masing Rp 1.800 per saham dan Rp 800 per saham.

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta melihat, LSIP mendapat benefit dari penerapan implementasi B40 di Indonesia. Selain itu, permintaan CPO global juga mengalami pemulihan, sementara produksi CPO global terhambat replanting yang dilakukan produsen besar dunia, yaitu Indonesia dan Malaysia.

“Akibatnya, ASP mereka naik. Mereka juga terbantu dari penguatan kurs dolar AS yang membuat mereka dulang cuan dari ekspor,” ujarnya kepada Kontan, Senin (3/3).

Di tahun 2025, kinerja kedua emiten tersebut bisa setara dengan raihan di tahun 2024.

“Apalagi, LSIP sudah masuk IDX80, sehingga ada peningkatan likuiditas pergerakan harga sahamnya ke depan,” paparnya.

Baca Juga: Salim Invomas (SIMP) Catat Produksi TBS Turun Menjadi 2,8 Juta Ton di Tahun 2024

Rekomendasi saham

Nafan pun merekomendasikan accumulative buy untuk LSIP dengan target harga Rp 1.265 per saham.

Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana melihat, pergerakan saham LSIP ada di level support Rp 990 per saham dan resistance Rp 1.060 per saham. Sementara, pergerakan saham SIMP ada di level support Rp 364 per saham dan resistance Rp 390 per saham.

Herditya pun merekomendasikan buy on weakness untuk LSIP dan SIMP dengan target harga masing-masing Rp 1.095 - Rp 1.120 per saham dan Rp 410 - Rp 422 per saham.

Selanjutnya: JSMR Catat Kinerja Positif di 2024:Core Profit Tembus Rp3,7 Triliun, Tumbuh 36% yoy

Menarik Dibaca: Simak Inisiatif Vinilon Group dalam Mendukung Keberlanjutan Lingkungan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×