kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.708.000   17.000   1,01%
  • USD/IDR 16.335   0,00   0,00%
  • IDX 6.788   -6,83   -0,10%
  • KOMPAS100 1.009   -1,54   -0,15%
  • LQ45 781   -2,24   -0,29%
  • ISSI 211   0,76   0,36%
  • IDX30 405   -1,54   -0,38%
  • IDXHIDIV20 488   -3,62   -0,74%
  • IDX80 114   -0,07   -0,06%
  • IDXV30 120   -0,76   -0,63%
  • IDXQ30 133   -0,78   -0,59%

Simak Prospek Kinerja Emiten CPO Jelang Ramadan dan Lebaran 2025


Selasa, 18 Februari 2025 / 18:41 WIB
Simak Prospek Kinerja Emiten CPO Jelang Ramadan dan Lebaran 2025
Pekerja membongkar muatan kelapa sawit dari dalam truk di sebuah tempat jual beli tanda buah segar (RAM) di Desa Purnama Dumai, Riau, Sabtu (18/1/2025). Kinerja emiten minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) masih volatil lantaran sentimen global dan domestik yang masih bervariatif.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) masih volatil lantaran sentimen global dan domestik yang masih bervariatif.

Tengok saja, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, kinerja ekspor non minyak dan gas (migas) komoditas unggulan, termasuk CPO dan turunannya, tercatat turun pada Januari 2025. 

Berdasarkan catatan KONTAN, nilai ekspor CPO dan turunannya mencapai US$ 1,44 miliar pada Januari 2025. Raihan itu turun 24,10% month to month (mtm) dan turun 16,68% secara tahunan alias year on year (yoy).

Baca Juga: Ekspor Batubara, Besi dan Baja, Serta CPO Turun pada Januari 2025

BPS menyebutkan, ekspor CPO dan turunannya turun lantaran harga komoditas tersebut mengalami penurunan. Namun, melansir Trading Economics, harga CPO naik 8,13% dalam sebulan terakhir dan naik 2,34% sejak awal tahun 2025 alias year to date (ytd).

Di tengah sentimen itu, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mengaku kinerjanya tak terlalu terdampak signifikan.

Direktur Utama Astra Agro Lestari, Santosa mengatakan, permintaan CPO untuk Hari Raya Imlek sudah banyak terpenuhi dari stok akhir tahun 2024. Hal itu yang menyebabkan harga CPO sejak akhir tahun lalu bertahan di atas.

Sementara, pasar China justru mengalami perlambatan lantaran Negeri Tirai Bambu itu tengah bersiap menghadapi libur Imlek.

Baca Juga: Harga Batubara Tertekan, Surplus Neraca Perdagangan Januari 2025 Diramal Merosot

Turunnya permintaan untuk CPO dari China bisa ditambal oleh permintaan domestik. Pendorong utamanya karena mulai efektifnya persiapan implementasi B40. 

“Kinerja AALI tidak terlalu terdampak, karena perseroan menerapkan strategi oportunistik dan spot sales, dengan volume AALI yang relatif sangat kecil dibanding nasional,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (18/2).

Kinerja AALI juga tidak terdampak terlalu banyak dalam konteks dinamika permintaan dan penawaran domestik. 

“Kebutuhan CPO untuk lebaran terutama lebih untuk bahan makanan retail, sehingga secara nasional tidak terlalu signifikan,” ungkapnya.

Senada, PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) mengaku kinerjanya tidak terlalu terdampak dari penurunan ekspor CPO dan turunannya di bulan Januari. Sebab, seluruh penjualan minyak kelapa sawit SGRO difokuskan ke pasar domestik. 

“Dengan dimulainya program B40 pada awal 2025, diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan permintaan minyak kelapa sawit, khususnya untuk pasar domestik,” ujar Head of Investor Relation SGRO, Stefanus Darmagiri, kepada Kontan, Selasa (18/2).

Baca Juga: Bursa Saham Jeblok, Nilai Kekayaan Taipan Ikut Anjlok

Menurut Stefanus, secara musiman menjelang Ramadan dan Idul Fitri, volume permintaan CPO dunia cenderung meningkat jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. 

“Hal ini disebabkan oleh terjadinya peningkatan konsumsi minyak goreng menjelang Ramadan hingga Lebaran, khususnya di negara-negara, seperti Indonesia, Malaysia serta Pakistan,” paparnya.

Di tahun 2025, SGRO pun menargetkan terjadi perbaikan produksi tandan buah segar (TBS) dari kebun inti perseroan sebesar 5%-8% yoy.

Senior Investment Information Mirae Asset, Adityo Nugroho melihat, biasanya hari-hari raya keagamaan memang menjadi katalis positif bagi sektor CPO seiring terjadinya kenaikan permintaan.

Terkait kembali naiknya harga CPO sejak kuartal IV tahun 2024, semestinya hal itu juga akan berdampak positif pada kinerja emiten-emiten terkait.

“Namun, masih perlu konfirmasi pada laporan keuangan tahun 2024 nanti seperti apa,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (18/2).

Baca Juga: Surplus Neraca Dagang di Bulan Januari 2025 Bakal Menurun

Terkait harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) sawit, biasanya mengacu kepada harga CPO benchmark seperti yang di Bursa Malaysia. 

“Sehingga, ASP CPO para emiten akan selalu bergantung harga global  yang lebih terdampak faktor permintaan musiman dan juga faktor cuaca,” ungkapnya.

Pergerakan saham emiten CPO juga masih beragam. Sejumlah emiten mencatatkan kenaikan harga saham. Misalnya, PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) terbang 46,15% ytd.



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×