kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.702.000   23.000   1,37%
  • USD/IDR 16.450   -42,00   -0,26%
  • IDX 6.665   119,20   1,82%
  • KOMPAS100 951   16,29   1,74%
  • LQ45 748   15,90   2,17%
  • ISSI 208   3,64   1,78%
  • IDX30 390   8,22   2,16%
  • IDXHIDIV20 467   6,80   1,48%
  • IDX80 108   1,96   1,84%
  • IDXV30 111   0,63   0,57%
  • IDXQ30 128   2,31   1,84%

Permintaan Ban Meningkat Jelang Lebaran, Simak Rekomendasi Saham Emiten Ban


Rabu, 12 Maret 2025 / 21:15 WIB
Permintaan Ban Meningkat Jelang Lebaran, Simak Rekomendasi Saham Emiten Ban
ILUSTRASI. (KONTAN/Carolus Agus Waluyo) Emiten produsen ban diperkirakan masih akan berhadapan dengan sejumlah tantangan, meski terdapat potensi kenaikan permintaan dalam jangka pendek.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten-emiten produsen ban diperkirakan masih akan berhadapan dengan sejumlah tantangan, meski terdapat potensi kenaikan permintaan produk ban dalam jangka pendek.

Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo menyampaikan, terdapat peluang permintaan ban menjelang Lebaran. Berhubung dalam menyambut musim mudik Lebaran, banyak masyarakat yang melakukan pergantian ban pada kendaraannya. 

Sentimen ini di atas kertas akan menguntungkan bagi emiten produsen ban, seperti PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL), PT Goodyear Indonesia Tbk (GDYR), PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA), hingga PT King Tire Indonesia Tbk (TYRE).

Walau begitu, sektor ini masih diliputi sentimen negatif berupa tren pelemahan nilai tukar rupiah yang kini menyentuh level Rp 16.452 per dollar AS pada Rabu (12/3). Hal ini jelas membuat biaya produksi oleh emiten-emiten ban meningkat, mengingat sebagian bahan baku ban masih harus diimpor.

Baca Juga: Tengok Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Perdagangan Kamis (13/3)

“Emiten-emiten ban masih memiliki potensi untuk tumbuh, tetapi tantangannya adalah persaingan pasar yang makin ketat dan adanya potensi kenaikan harga bahan baku akibat fluktuasi nilai tukar,” ungkap Azis, Rabu (12/3).

Sementara itu, Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto sepakat bahwa tren koreksi rupiah menjadi sentimen negatif bagi emiten-emiten produsen ban karena akan membuat biaya produksi membengkak. 

Namun, dia percaya emiten-emiten di sektor ini sudah melakukan antisipasi seperti menerapkan lindung nilai atau hedging, sehingga dampak pelemahan kurs bisa diminimalisasi. Lagi pula, pelemahan rupiah sebenarnya sudah berlangsung sejak akhir tahun lalu, sehingga seharusnya para produsen ban sudah punya berbagai jurus untuk mempertahankan bisnis.

“Kondisi ini sebenarnya juga dapat menguntungkan jika emiten ban dapat mengoptimalkan segmen penjualan ekspor mereka,” tutur dia, Rabu (12/3).

Secara umum, lanjut Pandhu, kinerja emiten-emiten ban tentu cukup berkorelasi dengan perkembangan pasar otomotif Indonesia. Sayangnya, kinerja pasar otomotif masih cenderung melemah.

Merujuk data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan wholesales (pabrik ke dealer) mobil nasional pada Januari—Februari 2025 turun 4,5% year on year (yoy) menjadi 134.227 unit. Begitu juga dengan penjualan sepeda motor nasional yang terkoreksi tipis 0,84% yoy menjadi 1.141.578 unit pada Januari—Februari 2025 menurut data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI).

“Sejauh ini penjualan mobil nasional masih relatif lesu jika dibandingkan dengan pencapaian tahun lalu,” terang dia.

Pandhu menjagokan saham GJTL untuk sektor ban. GJTL ini memiliki valuasi yang relatif murah dan likuiditasnya paling menarik dibandingkan saham emiten ban lainnya. Secara teknikal, saat ini saham GJTL berada dalam posisi yang relatif dekat dengan area support kuat di kisaran Rp 960—1.000 per saham.

Investor dapat buy on weakness saham GJTL dengan target resistance di kisaran level Rp 1.210—1.225 per saham. Jika hasil kinerja keuangan GJTL pada kuartal I-2025 positif, maka saham emiten ini bisa lanjut bergerak ke target resistance berikutnya di level Rp 1.375—1.425 per saham.

Senada, Azis juga merekomendasikan trading buy saham GJTL dengan target harga di kisaran Rp 1.090—1.125 per saham.

Dari sisi teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana ikut merekomendasikan beli saham GJTL dengan support di level Rp 1.030 per saham dan resistance di level Rp 1.085 per saham. Target harga saham GJTL dipatok di kisaran Rp 1.115—1.140 per saham.

Selain itu, Herditya merekomendasikan wait and see saham GDYR dengan support di level Rp 1.150 per saham dan resistance di level Rp 1.235 per saham. Investor juga disarankan wait and see terhadap saham TYRE dengan support di level Rp 128 per saham dan resistance di level Rp 134 per saham.

Baca Juga: Pasar Saham Masih Lesu, Begini Prospek Kinerja Emiten Investasi

Selanjutnya: Besok, Prabowo Bertemu Rektor Perguruan Tinggi di Istana Kepresidenan

Menarik Dibaca: Ninja Xpress Bagikan Tips Jalankan Bisnis Franchise di Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×