Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi covid-19 yang membatasi berbagai aktivitas mengganggu perdagangan dan distribusi bahan bakar minyak serta kimia milik PT AKR Corporindo (AKRA). Namun, analis menilai keuangan AKRA masih sehat dan berpotensi membaik di tahun depan.
Hingga kuartal III-2021 AKRA catatkan penurunan pendapatan 8,3% secara tahunan menjadi Rp 13,86 triliun.
Budi Rustanto, Analis Valbury Sekuritas Indonesia mencatat dalam risetnya, average selling price (ASP) bahan bakar minyak menurun 24,9% secara tahunan di periode tersebut. Sementara, ASP kimia dasar juga menurun 19,5% secara tahunan.
Kabar baiknya, AKRA masih mampu catatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 17,69% secara tahunan menjadi Rp 665,4 miliar. Naiknya laba turut didukung dari pendapatan sewa dari Freeport sebesar Rp 87 miliar dan pendapatan dari utilitas sebesar Rp 23 miliar. Alhasil, margin kotor AKRA bertambah dari 8,5% di kuartal III 2019 menjadi 10,6% di periode tahun ini.
Baca Juga: Omnibus Law bisa mendorong penjualan JIIPE milik AKR Corporindo (AKRA)
Meski begitu, Budi memproyeksikan pandemi tidak akan lagi memberi dampak negatif yang signifikan bagi kinerja AKRA. Budi tetap mempertahankan proyeksi distribusi minyak AKRA di 2,3 juta kilo liter (kl) di 2020. Sentimen lain yang mendukung datang dari permintaan oleh industri pertambangan, B30, pembatasan impor, dan distribusi solar bersudsidi.
"Kami berharap wabah covid-19 tidak berdampak signifikan bagi pelanggan industri AKRA," kata Budi dalam risetnya.
Namun, Direktur Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan tantangan bagi kinerja AKRA ke depan masih akan datang dari pandemi Covid-19.
"Bila tahun depan masih ada pembatasan sosial berskala besar (PSBB) maka ini juga masih akan mempengaruhi tingkat penggunaan bahan bakar, ini jadi tantangan bagi AKRA," kata William.
Baca Juga: Harga minyak berfluktuasi, analis: Efeknya ke AKR Corporindo (AKRA) justru minim
Budi juga memproyeksikan profitabilitas AKRA bisa meningkat setelah bekerjasama dengan British Petroleum (BP) untuk memperkuat pasar bahan bakar ritel.
Sementara, Budi memperkirakan distribusi bahan kimia masih cenderung stagnan di sepanjang tahun ini saat harga juga cenderung stabil. Namun, Budi memandang prospek segmen kimia cerah karena AKRA berencana untuk memperluas cakupan pasar dengan memasok ke pabrik smelter dan program biodisel.
Selain itu, AKRA dan Petronas sepakat untuk membentuk join venture untuk mendistribusikan produk kimia yang memanfaatkan infrastruktur AKRA dengan produk utama metanol.
Kinerja AKRA dalam bisnis lahan industri juga Budi lihat memiliki prospek cerah. Setelah omnibus law disahkan Budi memandang iklim investasi akan semakin ramai dan penjualan lahan industri milik AKRA, yaitu Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) diproyeksikan akan terjual hingga 20 hekatre di tahun ini. Hingga September penjualan lahan industri capai 17 hektare.
"Gelombang relokasi pabrik ke kawasan Asia Tenggara akan semakin mencerahkan prospek kawasan industri," kata Budi. Selain itu, Budi juga memlihat JIIPE akan berkembang pesat dengan adanya dukungan pemerintah melalui kawasan ekonomi khusus (KEK).
Edward Tanuwijaya Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia mengatakan dalam risetnya, meski kontribusi segmen lahan industri hanya sekitar 2% terhadap pendapatan, tetapi segmen ini memiliki margin yang lebih tinggi dari segmen intinya. Setiap tambahan penjualan tanah seluar 1 hektare akan menambah pendapatan AKRA sebesar kurang lebih 0,6%, "Segmen lahan industri tetap menjadi faktor penggerak laba bersih AKRA," kata Edward.
Baca Juga: Dapat sentimen positif dari kenaikan harga, berikut rekomendasi saham emiten minyak
Sementara, William kembali mengatakan bila pandemi belum juga mereda dan pertumbuhan ekonomi masih berjalan lambat maka permintaan lahan industri juga akan lambat. Segmen ini pun diproyeksikan belum bisa beri berkontribusi secara signifikan.
Di sisi lain, William menilai keuangan AKRA masih sehat, terlihat dari debt to equity ratio (DER) yang kurang dari level 1 kali.
Di tahun depan, William memproyeksikan harga saham naik sekitar 10%-12%. William merekomendasikan hold di target harga Rp 3.350 per saham.
Sementara, Budi merekomendasikan buy di target harga Rp 3.200 per saham. Kompak Edward merekomendasikan buy di target harga Rp 3.700 per saham.
Selanjutnya: Kinerja AKR Corporindo Diprediksi Membaik Tahun Depan, Saham AKRA Masih Layak Beli?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News