kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Rekomendasi negatif dari Credit Suisse masih perlu diwaspadai


Senin, 25 Februari 2019 / 13:37 WIB
Rekomendasi negatif dari Credit Suisse masih perlu diwaspadai


Reporter: Rezha Hadyan | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dampak dari penilaian negatif berupa pemangkasan rekomendasi dari Credit Suisse pada kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah mereda. IHSG sudah kembali memperlihatkan adanya tren kenaikan setelah sempat anjlok beberapa pekan lalu. Selain itu investor asing juga terlihat mulai masuk kembali setelah sebelumnya berbondong-bondong melakukan aksi jual.

Bukan berarti penilaian negatif dari Credit Suisse bisa begitu saja dianggap sebagai angin lalu. Chief Economist Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan penilaian yang dilakukan oleh broker atau manajer investasi terkemuka asal Swiss itu tetap perlu diwaspadai oleh pelaku pasar.

“Kadang-kadang apa yang mereka sampaikan itu tidak berlaku sekarang bisa jadi berlakunya nanti semester dua. Kita tetap harus berhati-hati dan mempelajari hal apa yang mendasari Credit Suisse memberikan penilaian negatif atau memangkas rekomendasinya,” kata Lana ketika ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (25/2).

Sebagai informasi, Credit Suisse beberapa waktu lalu diketahui telah memangkas rekomendasinya menjadi 10% underweight dari sebelumnya 20% overweight. Pemangkasan rekomendasi tersebut dilakukan oleh Credit Suisse dengan pertimbangan penguatan indeks Morgan Stanley Capital International Indonesia United States (US) Dollar sebesar 34% di atas indeks MSCI Emerging Market (EM) sejak pertengahan Mei 2018 lalu. Hal itu dinilai sebagai pertanda bagi investor global untuk mulai mengurangi asetnya di bursa saham Tanah Air sebelum memasuki fase underperformance.

Tapi, JP Morgan malah memberikan rekomendasi overweight pada bursa saham Tanah Air lantaran akan mengalami pertumbuhan dua digit di akhir tahun ini. Broker dan manajer investasi yang berbasis di Amerika Serikat (AS) ini memprediksi tekanan yang dialami oleh bursa saham negara berkembang atawa emerging market, termasuk Indonesia akan berakhir pada kuartal II-2019 dan mulai berbalik arah.

Lebih lanjut, Lana bilang bahwa perbedaan penilaian dari dua broker dan manajer investasi ini merupakan hal yang biasa terjadi. Karena mereka punya sisi pandang yang berbeda dan tentunya bisa saling melengkapi satu sama lain. “Kalau kita lihat dana asing yang masuk realisasinya lebih besar tentunya positif tadi itu lebih kuat dibandingkan negatifnya harapannya ini bisa berlanjut. Apa yang membuat JP Morgan rekomendasinya positif nah ini yang perlu diperhatikan. Jadi kalau nanti memang positif faktornya sudah mulai berkurang bisa jadi kemudian tesisnya Credit Suisse yang negatif tadi bisa terjadi. Nah itu memang harus kita waspadai karena masuknya dana asing sementara yang cukup besar itu harus tetap dianggap sebagai dana temporer jadi kita jangan euphoria terlalu berlebihan,” kata Lana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×