Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham blue chip di Indeks LQ45 kembali dilakukan kocok ulang atau rebalancing. Lalu, saham blue chip apa saja yang memiliki prospek baik untuk investasi?
Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan rebalancing terhadap indeks LQ45 pada tanggal 24 April 2025. Dalam evaluasi tersebut, tidak ada saham yang keluar dari indeks. Periode efektif konstituen dan jumlah saham penghitungan indeks berlaku mulai tanggal 2 Mei 2025 hingga 31 Juli 2025.
Padahal, kinerja indeks LQ45 tercatat masih lemah. Bahkan, laju penurunannya lebih dalam dibandingkan koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak awal tahun 2025.
Per 28 April 2025, kinerja IHSG turun 5,04% secara year to date (YTD). Sementara, kinerja indeks LQ45 turun 8,82% YTD.
Direktur Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik mengatakan, rebalancing LQ45 itu sudah sesuai dengan factsheets milik Bursa yang selama ini dijadikan acuan.
“Faktornya itu mengacu ke factsheet itu untuk penetapan konstituen,” ujarnya di Gedung BEI, Senin (28/4).
Baca Juga: Belum Sebulan, Harga iPhone 16-16e-16 Plus & iPhone 16 Pro Max Naik Akhir April 2025
Berikut daftar saham di Indeks LQ45 periode 2 Mei 2025 hingga 31 Juli 2025.:
1 ACES Ace Hardware Indonesia Tbk
2 ADMR PT Adaro Minerals Indonesia Tbk
3 ADRO ADARO ENERGY Tbk
4 AKRA AKR Corporindo Tbk
5 AMMN PT Amman Mineral Internasional Tbk. Tetap
6 AMRT Sumber Alfaria Trijaya Tbk
7 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk
8 ARTO PT Bank Artos Indonesia Tbk
9 ASII Astra International Tbk
10 BBCA Bank Central Asia Tbk
11 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk
12 BBRI PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
13 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
14 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk
15 BRIS PT Bank Shariah Indonesia Tbk
16 BRPT Barito Pacific Tbk
17 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk
18 CTRA Ciputra Development Tbk Baru
19 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk
20 EXCL PT XL Axiata Tbk
21 GOTO PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk
22 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
23 INCO Vale Indonesia Tbk
24 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
25 INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
26 ISAT Indosat Tbk
27 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk
28 JPFA JAPFA Comfeed Indonesia Tbk Baru
29 JSMR Jasa Marga Tbk
30 KLBF Kalbe Farma Tbk
31 MAPA PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk. Baru
32 MAPI Mitra Adiperkasa Tbk
33 MBMA PT Merdeka Battery Materials Tbk
34 MDKA PT Merdeka Copper Gold Tbk. Tetap
35 MEDC Medco Energi Internasional Tbk
36 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
37 PGEO PT Pertamina Geothermal Energy Tbk
38 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
39 SIDO PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk
40 SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk
41 SMRA Summarecon Agung Tbk
42 TLKM PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk.
43 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk
44 UNTR United Tractors Tbk
45 UNVR Unilever Indonesia Tbk
Ekonom Panin Sekuritas Felix Darmawan mengungkapkan, keputusan BEI untuk tidak mengubah komposisi LQ45 pada evaluasi mayor April 2025 mencerminkan bahwa dari sisi likuiditas dan kapitalisasi pasar, seluruh konstituen masih memenuhi kriteria minimum.
Meski begitu, dari sisi kinerja, indeks LQ45 memang mengalami tekanan cukup dalam, bahkan lebih buruk dibanding IHSG. Saham-saham big cap seperti BBCA, BBRI, TLKM, dan ASII tercatat menjadi pemberat utama secara YTD.
“Ini seiring tekanan eksternal seperti pelemahan rupiah, ketegangan dagang, serta tekanan margin dan konsumsi domestik yang melambat,” ujarnya kepada Kontan, Senin (28/4).
Dengan komposisi konstituen yang tetap, kinerja LQ45 dalam jangka pendek masih berpotensi menguat jika tekanan makro global mereda. Selain itu, ada sentimen positif yang berasal potensi pemangkasan suku bunga domestik dan global di semester II, serta upaya buyback dan stimulus fiskal pemerintah.
”Sentimen yang akan membayangi LQ45 antara lain arah suku bunga, dinamika nilai tukar, tensi geopolitik, dan rilis laba kuartal II yang bisa menjadi momentum pembalikan arah,” ungkapnya.
Baca Juga: IHSG Menguat 0,99% ke 6.678 pada Jumat (25/4), UNVR, ARTO, CTRA Jadi Top Gainers LQ45
Di sisi lain, aliran dana asing ke pasar saham Indonesia, khususnya ke emiten LQ45, berpotensi kembali masuk apabila terdapat perbaikan pada kondisi makroekonomi global dan domestik.
Namun, hingga saat ini, beberapa faktor masih menjadi penghambat utama.
Dari global, ada kebijakan tarif pemerintah Amerika Serikat (AS) dan ketegangan geopolitik yang meningkatkan volatilitas pasar. “Ini membuat investor asing cenderung berhati-hati dalam menempatkan dananya di pasar negara berkembang, seperti Indonesia,” tuturnya.
Dari domestik, pelemahan nilai tukar rupiah, defisit fiskal, dan ketidakpastian kebijakan dalam negeri turut menekan kepercayaan investor asing.
Sebagai contoh, pada Maret 2025, IHSG mengalami penurunan tajam sebesar 7% dalam satu hari, yang memicu penghentian perdagangan sementara. “Ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap stabilitas ekonomi dan politik Indonesia,” ungkapnya.
Menurut Felix, ada beberapa momentum yang bisa mendorong kembalinya dana asing.
Pertama, stabilisasi kebijakan domestik. Langkah pemerintah dalam memperjelas arah kebijakan fiskal dan moneter dapat meningkatkan kepercayaan investor asing.?
Baca Juga: Cek Kinerja Bank LQ45 saat IHSG Naik Hari Senin (28/4), Ada BBRI, BRIS, dan BBCA
Kedua, pemangkasan suku bunga BI. Ketiga, perbaikan data ekonomi, seperti pertumbuhan PDB yang stabil dan inflasi yang terkendali.
Dengan kapitalisasi besar dan likuiditas tinggi, kenaikan kinerja emiten LQ45 bisa mendorong penguatan IHSG secara keseluruhan. Namun, tanpa adanya perbaikan fundamental dan kejelasan kebijakan, aliran dana asing kemungkinan akan tetap terbatas dalam jangka pendek.
“Sehingga, penting bagi pemerintah dan otoritas terkait untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif guna menarik kembali minat investor asing ke pasar modal Indonesia,” tuturnya.
Rekomendasi saham blue chip
Analis Infovesta Utama, Ekky Topan mengatakan, evaluasi LQ45 dilakukan berdasarkan kriteria likuiditas, kapitalisasi pasar, dan frekuensi transaksi.
“Jadi jika tidak ada perubahan pada periode ini, berarti emiten dalam LQ45 masih memenuhi kriteria yang sudah ditetapkan,” ujarnya kepada Kontan, Senin (28/4).
Secara YTD, mayoritas saham LQ45 mengalami tekanan. Saham-saham yang menjadi pemberat utama indeks di antaranya adalah MAPA yang turun 40,19 YTD, ACES turun 34,81%, INCO turun 30,66% YTD, MBMA turun 28,38% YTD, dan AMRT turun 28,42% YTD.
Tekanan juga terlihat di saham-saham lain seperti AMMN, BRPT, ITMG, TOWR, BMRI, UNTR, BBCA, dan BBTN.
Baca Juga: BI Rate Tetap 5,75%, Cek Emiten Perbankan Blue Chip LQ45 yang Naik Hari Rabu (23/4)
“Koreksi yang hampir menyeluruh ini disebabkan oleh kombinasi sentimen negatif, seperti kekhawatiran perang dagang global, penurunan outlook ekonomi domestik, ketidakpastian pertumbuhan, serta tekanan nilai tukar rupiah,” katanya.
Sementara itu, saham yang masih mencatatkan kinerja positif sejak awal tahun di antaranya ANTM 39,67% YTD, GOTO naik 17,14% YTD, PGAS naik 7,55% YTD, AKRA naik 7,14% YTD, BRIS 4,40% YTD, dan JSMR naik 3,46% YTD.
“Penguatan ANTM didukung oleh kenaikan harga emas dunia, serta GOTO yang menguat berkat aksi buyback dan perbaikan kinerja keuangan,” katanya.
Saat ini, momentum di LQ45 mulai membaik. Sentimen positif datang dari aksi buyback saham oleh perusahaan-perusahaan besar, net buy dari investor domestik, peningkatan rating kredit Indonesia, serta meredanya kekhawatiran terhadap perang dagang.
Tantangan utama yang masih membayangi adalah tekanan terhadap rupiah dan net sell asing, yang apabila membaik, akan membuka peluang pemulihan yang lebih kuat pada indeks LQ45.
Baca Juga: Intip Top Losers LQ45 saat IHSG Naik Hari Kamis (17/4), Ada Saham BBTN, ACES, & KLBF
Ditambah lagi, laporan keuangan emiten-emiten LQ45 relatif stabil, sehingga secara fundamental masih mendukung optimisme akan kelanjutan penguatan indeks.
“Meski demikian, kewaspadaan tetap diperlukan, terutama terhadap potensi eskalasi baru dalam tensi perang dagang global,” paparnya.
Menurut Ekky emiten LQ45 yang bakal jadi jawara di tahun 2025 adalah ANTM, dengan katalis positif dari potensi kenaikan harga emas dan penguatan tema hilirisasi mineral nasional. Lalu, BRIS, yang tetap mencatat pertumbuhan di tengah tekanan sektor perbankan. Serta, JPFA dengan prospek permintaan sektor poultry yang membaik.
“Namun secara umum, mayoritas saham LQ45 tetap layak dikoleksi, terutama jika arus dana asing mulai kembali masuk ke pasar Indonesia,” ungkapnya.
Saat ini, memang belum ada alasan fundamental yang cukup kuat bagi asing untuk kembali masuk ke pasar, selain faktor valuasi yang sudah mulai menarik. Momentum yang lebih besar kemungkinan baru akan muncul ketika terjadi penurunan suku bunga, baik di tingkat global maupun domestik.
Apabila dana asing kembali masuk, pasar secara umum berpotensi menguat secara lebih luas. ”Saham-saham sektor perbankan dan blue chip, yang biasanya menjadi tujuan utama investasi asing, akan menjadi motor penggerak kenaikan indeks,” tuturnya.
Dengan sentimen aliran dana asing, Ekky pun menyarankan investor untuk memerhatikan saham BRIS, JSMR, ANTM, dan PTBA dengan target harga masing-masing Rp 4.800 – Rp 5.000 per saham, Rp 5.400 – Rp 5.500 per saham, Rp 3.000 per saham, dan Rp 3.000 – Rp 3.200 per saham.
VP Marketing, Strategy & Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi mengatakan, penurunan kinerja LQ45 disebabkan tekanan pasar terhadap saham-saham blue chip akibat faktor eksternal. Sehingga, tidak ada perbedaan performa yang cukup besar untuk menggeser konstituen.
“Selain itu, kinerja dan performance konstituen cenderung stabil, baik dari sisi likuiditas, kapitalisasi pasar atau kinerja keuangan,” ujarnya kepada Kontan, Senin (28/4).
Secara YTD, performa buruk di harga saham yakni dari emiten ritel dan barang baku. Hal ini dipengaruhi ketidakpastian ekonomi global yang menekan harga komoditas dan juga kekhawatiran daya beli yang menurun akibat depresiasi rupiah hingga sempat terjadi deflasi.
Dengan konstituen eksisting, kinerja LQ45 akan berpotensi membaik seiring dengan perbaikan kinerja keuangan, kondisi dalam negeri yang masih resilien, pemulihan permintaan komoditas, serta pemangkasan suku bunga.
“Konstituen yang masih cukup kuat dan atau memiliki sentimen positif, yakni emiten barang baku yang related emas dan utilitas, seperti ANTM, MDKA, dan PGAS,” tuturnya.
Audi pun merekomendasikan beli untuk BBCA, TLKM, BMRI, dan BRIS dengan target harga masing-masing Rp 9.250 per saham, Rp 2.830 per saham, Rp 5.450 per saham, dan Rp 3.190 per saham. Sementara, rekomendasi trading buy untuk PGAS dengan target harga Rp 1.820 per saham.
Tonton: Arsjad Rasjid, Dirut Indika Energy & Purbaja Pantja CEO ALVA Tinjau Pabrik Motor ALVA
Selanjutnya: Tunjukkan Kekuatan di Tengah Perang Dagang, Ini Aksi Xi Jinping
Menarik Dibaca: Ayo Redeem Gift Code Ojol The Game 29 April 2025 Terkini dari Codexplore
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News