kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rajawali berniat menjual sebagian saham BATR


Senin, 17 September 2012 / 06:07 WIB
Rajawali berniat menjual sebagian saham BATR
ILUSTRASI. Panggilan video WhatsApp


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Hasrat PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) menambah porsi kepemilikan saham di PT Bukit Asam Transpacific Railways (BATR) menuai respon positif. Grup Rajawali siap menjual sebagian saham di BATR. Rajawali menguasai 80% saham BATR lewat anak usahanya, yaitu PT Transpacific Railway Infrastructure.

Darjoto Setyawan, Managing Director Grup Rajawali, menuturkan, Rajawali bersedia menjual, jika PTBA ingin menambah porsi kepemilikannya di BATR. Tapi masalahnya, Rajawali sampai kini belum menerima tawaran resmi dari PTBA atas rencana tersebut. "Saya justru tahu rencana itu dari media, sampai sekarang saya belum menerima surat penawaran dari PTBA," kata Darjoto di Jakarta pekan lalu.

KONTAN mencatat, manajemen PTBA beberapa kali mengutarakan keinginannya menambah porsi kepemilikan di BATR. Maklum, saat ini PTBA hanya mengempit 10% saham BATR. Sedang Transpacific menguasai sekitar 80%. Sisa 10% saham BATR dimiliki perusahaan asal Negeri Tembok Raksasa, yakni China Railway Group Limited.

Manajemen PTBA berharap bisa menambah kepemilikan 20% saham BATR. Dus, PTBA bisa menguasai 30% saham BATR, jika transaksi itu terlaksana.

Terkait keinginan itu, Rajawali tidak keberatan menjual 20% saham BATR. "Kami siap jual saham sebanyak itu, tinggal valuasinya saja disesuaikan dengan book value BATR," jelas Darjoto. Grup Rajawali bahkan siap jika harus turun pangkat menjadi pemilik minoritas BATR. Soalnya, Rajawali memandang faktor yang terpenting bukan porsi kepemilikan, tapi kelangsungan proyek pembangunan rel kereta api Tanjung Enim-Lampung tersebut.

Skema seperti ini sudah terjalin di PT Internasional Prima Coal (IPC). Di perusahaan tambang itu, Rajawali merupakan pemilik minoritas, yakni 49% saham. Adapun pengendali IPC adalah PTBA yang menguasai 51% saham. "Kami tak masalah meski jadi minoritas, contohnya di IPC," tegas Darjoto. Sampai kini, megaproyek BATR masih dalam pra-pelaksanaan.

Joko Pramono, Sekretaris Perusahaan PTBA menuturkan, perseroan memang belum melakukan penawaran resmi ke Grup Rajawali terkait penambahan porsi saham di BATR. Alasan dia, PTBA masih melakukan pembahasan di internal manajemen tentang rencana itu. "Kami maupun Grup Rajawali terbuka atas rencana itu. Tapi kami belum bisa menginformasikan waktu pastinya karena masih dalam pembahasan internal," kata Joko ke KONTAN, Minggu (16/9).

PTBA berharap bisa segera mengambil keputusan terkait rencana penambahan porsi saham di BATR. "Kami inginnya segera dilakukan, karena tahun depan BATR ditargetkan sudah mulai konstruksi," tutur Joko.

Selain membidik tambahan saham BATR, PTBA tengah menguji tuntas (due diligence) atas proses restrukturisasi PT Bukit Asam Banko (BAB). Sebagai catatan, PTBA menguasai 65% saham BAB. Sementara sisanya dikuasai anak usaha Grup Rajawali, yakni Rajawali Asia Resources.

Proyek BAB juga masih terganjal Undang-undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Beleid itu menyatakan pihak yang berhak melanjutkan kegiatan penambangan adalah pemilik Izin Usaha Pertambangan (IUP).

PTBA tercatat sebagai pemilik IUP di Banko Tengah, Sumatra Selatan. Merujuk ke beleid itu, BAB tentu tak bisa menambang di Banko Tengah. Jadi, PTBA masih menunggu revisi peraturan pemerintah tentang IUP di Banko Tengah. Rencananya, revisi PP mulai diterapkan pada paruh kedua tahun ini. Megaproyek BATR membutuhkan investasi US$ 2 miliar. Dana itu dibutuhkan untuk membangun rel kereta Api dari Tanjung Enim ke Lampung sepanjang 280 km beserta infrastruktur pendukung seperti pelabuhan. Harga saham PTBA, Jumat (14/9), menanjak 6,83% menjadi Rp 15.650 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×