kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham pertambangan ikut mendongkrak IHSG


Sabtu, 15 September 2012 / 10:10 WIB
Saham pertambangan ikut mendongkrak IHSG
ILUSTRASI. BEI melakukan evaluasi mayor terhadap indeks-indeks yang sering dijadikan acuan berinvestasi, seperti LQ45, IDX30, dan juga IDX80.


Reporter: Amailia Putri Hasniawati, Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Kebijakan Federal Reserve (The Fed) berimbas ke pasar saham Indonsia. Harga efek yang paling melonjak tajam setelah The Fed mengumumkan aksinya adalah saham emiten pertambangan. Indeks sektor itu masuk ke dua besar pendongkrak Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia, Jumat (14/9).

Harga saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA), misalnya, melonjak 6,83% menjadi Rp 15.650 per saham. Harga saham PT Indo Tambangraya Megah
juga melompat 2,84% ke Rp 39.900 per saham. Kemudian harga PT Bumi Resources Tbk (BUMI) melesat 10,53% menjadi Rp 840 per saham.
Padahal, beberapa waktu terakhir, pamor saham-saham sektor pertambangan meredup lantaran harga barang tambang, khususnya batubara, merosot di pasar internasional.

Fund manager Sinarmas Asset Management, Jeffrosenberg Tan, berpendapat meroketnya harga saham-saham tambang terjadi terlalu cepat. Pasalnya, harga batubara, nikel, dan timah belum ada kenaikan. "Sebaiknya, investor bersikap hati-hati dan memperhatikan harga komoditas, naik atau tidak," kata dia, kemarin.

Jeff menilai para investor sudah mengambil posisi karena mengantisipasi membaiknya perekonomian global, akan mendongkrak permintaan komoditas. Jadi, para produsen barang tambang pun bisa menjual hasil tambang dengan harga yang lebih tinggi. Namun, dampak dari quantitave easing tahap ketiga sejatinya membutuhkan waktu alias tidak dalam tempo singkat.

Menurut Jeff, komoditas dengan permintaan yang bagus justru bukan batubara atau logam, melainkan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Harga CPO diperkirakan bisa merangkak naik, karena tingginya permintaan, namun minim suplai. Dus, Jeff lebih merekomendasikan saham-saham berbasis minyak sawit seperti PT Astra Agro Lestari Tbk (ASII) dan PT London Sumatra Plantations Tbk (LSIP).

Bagi para investor yang ingin berspekulasi di saham tambang, khususnya batubara, maka saham ITMG, PTBA, dan saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) bisa menjadi pilihan. Jeff menilai saham-saham tersebut cukup aman untuk dikoleksi. Sedangkan di saham logam, dia merekomendasikan PT Timah Tbk (TINS) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Jeff memprediksi kenaikan harga-harga saham tersebut akan berlanjut hingga beberapa pekan mendatang.

Managing Partner Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe, memprediksi kenaikan harga saham batubara secara bertahap bisa berlangsung selama tiga bulan ke depan. Namun, Kiswoyo mengingatkan, industri batubara secara fundamental belum menunjukkan perbaikan.

Di saham batubara, Investa hanya menyarankan tiga saham, yakni PT Harum Energy Tbk (HRUM), ITMG dan PTBA. Rekomendasi untuk ketiganya adalah hold dengan target masing-masing Rp 7.000, Rp 17.000, dan 41.000 hingga akhir 2012.

Analis AM Capital, Janson Nasrial, menilai laju saham-saham di sektor tambang masih rentan koreksi. Dia pun tidak merekomendasikan investor untuk mengoleksi saham-saham berbasis batubara dan logam. "Hari ini (kemarin) saham tambang jadi pendongkrak, tetapi kemungkinan kembali terkoreksi agak dalam dibanding sektor lainnya," jelas dia.

Hal itu disebabkan tren industri di sejumlah negara seperti China, Brazil, Amerika dan kawasan Eropa masih melemah. Menurut Janson, satu-satunya sektor komoditas yang bertahan adalah perkebunan, khususnya CPO. Dia merekomendasikan LSIP sebagai salah satu saham pilihan di sektor itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×