Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
Oleh sebab itu, Nico belum memberikan rekomendasi untuk emiten media.
Head of Investment Reswara Gian Investa Kiswoyo Adi Joe melihat, kinerja emiten media sudah mulai landai sejak ada pelarangan iklan rokok di bawah pukul 22.00. Sebab, iklan produk rokok biasanya lebih mahal dibandingkan dengan iklan produk lainnya.
“Prime time biasanya jam 7 malam sampai 10 malam. Di waktu itu, para pengiklan antre dan biasanya produk rokok rela bayar lebih mahal agar bisa tayang saat prime time,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (5/3).
Di sisi lain, ada tantangan dari kehadiran layanan OTT yang membuat user beralih. Meskipun belum terhitung dengan jelas dampaknya, tetapi ada tren baru yang membuat belanja iklan televisi tak begitu masif.
Baca Juga: Begini Kabar Terbaru Soal Rencana Merger BMTR dan MNCN
“Kinerja mereka di bulan Ramadan juga diperkirakan masih akan memberikan dampak positif ke kinerja emiten media, meskipun tetap tidak lagi signifikan,” tuturnya.
Kiswoyo pun merekomendasikan buy on weakness untuk MNCN dan SCMA dengan target harga masing-masing Rp 420 – Rp 500 per saham dan Rp 180 – Rp 210 per saham.
Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo melihat, saham SCMA bergerak di level support Rp 142 per saham dan resistance Rp 177 per saham. William pun merekomendasikan speculative buy untuk SCMA dengan target harga Rp 177 per saham.
Baca Juga: Surya Citra Media (SCMA) Sudah Kebanjiran Iklan Terkait Pemilu
Sementara, saham PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) saat ini bergerak di level support Rp 300 per saham dan resistance Rp 372 per saham. William pun merekomendasikan wait and see untuk MNCN dengan target harga Rp 372 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News