Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) diproyeksikan bisa memicu kenaikan harga logam industri. Presiden Donald Trump mengajukan permohonan dana US$1,5 triliun kepada Kongres untuk pembangunan infrastruktur baru. Dengan pembangunan infrastruktur ini, diprediksikan perekonomian AS akan tumbuh.
Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang menilai, geliat pertumbuhan ekonomi negeri Paman Sam akan meningkatkan pesanan terhadap barang tahan lama. Contohnya, mobil dan pesawat. Imbasnya, bahan baku terkait barang tersebut juga meningkat.
Dalam hal ini, Edwin bilang, permintaan terhadap tembaga, nikel, dan timah, akan terkerek naik. Dus, harga logam-logam industri ini pun berpotensi besar meningkat.
Apalagi, seiring membaiknya ekonomi AS, pertumbuhan ekonomi negara lainnya juga akan terangkat. “Amerika menjadi tujuan ekspor bagi produk China dan Eropa. Otomatis ekonomi kedua negara ini juga meningkat, dan permintaan logam dari mereka juga bisa meningkat,” jelas Edwin, Kamis (8/2).
Belum lagi, Edwin melihat isu lain dari Filipina, yang dapat mengerek permintaan dan harga logam. Filipina berencana menutup kegiatan pertambangan yang berpotensi merusak lingkungan. Jadi, suplai logam bisa semakin berkurang.
Kepala Riset Koneksi Kapital Sekuritas Alfred Nainggolan sependapat. Menurutnya, pasar logam sejauh ini banyak mendapat angin segar dari rencana infrastruktur negara-negara besar. Pada Januari lalu misalnya, Alfred mencatat impor China naik signifikan dan sebagian besar berbasis komoditas.
“Dari sisi harga komoditas, trennya bagus sekali pada 2018. Harganya akan jauh lebih baik dibanding 2017,” tutur Alfred. Hanya saja, ia tidak menjamin bahwa pertumbuhan harga komoditas ini akan berlangsung konsisten.
Namun, dengan permintaan sebagai pemicunya, Alfred optimistis, harga komoditas akan cenderung kuat. Volatilitas harga tak akan besar. Ia memprediksikan, harga nikel dapat menyentuh US$ 14.000-US$ 15.000 per metrik ton pada tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News