kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Proyek infrastruktur AS berpotensi memoles logam industri


Kamis, 08 Februari 2018 / 20:29 WIB
Proyek infrastruktur AS berpotensi memoles logam industri
ILUSTRASI. Harga nikel


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) diproyeksikan bisa memicu kenaikan harga logam industri. Presiden Donald Trump mengajukan permohonan dana US$1,5 triliun kepada Kongres untuk pembangunan infrastruktur baru. Dengan pembangunan infrastruktur ini, diprediksikan perekonomian AS akan tumbuh.

Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang menilai, geliat pertumbuhan ekonomi negeri Paman Sam akan meningkatkan pesanan  terhadap barang tahan lama. Contohnya, mobil dan pesawat. Imbasnya, bahan baku terkait barang tersebut juga meningkat.

Dalam hal ini, Edwin bilang, permintaan terhadap tembaga, nikel, dan timah, akan terkerek naik. Dus, harga logam-logam industri ini pun berpotensi besar meningkat.

Apalagi, seiring membaiknya ekonomi AS, pertumbuhan ekonomi negara lainnya juga akan terangkat. “Amerika menjadi tujuan ekspor bagi produk China dan Eropa. Otomatis ekonomi kedua negara ini juga meningkat, dan permintaan logam dari mereka juga bisa meningkat,” jelas Edwin, Kamis (8/2).

Belum lagi, Edwin melihat isu lain dari Filipina, yang dapat mengerek permintaan dan harga logam. Filipina berencana menutup kegiatan pertambangan yang berpotensi merusak lingkungan. Jadi, suplai logam bisa semakin berkurang.

Kepala Riset Koneksi Kapital Sekuritas Alfred Nainggolan sependapat. Menurutnya, pasar logam sejauh ini banyak mendapat angin segar dari rencana infrastruktur negara-negara besar. Pada Januari lalu misalnya, Alfred mencatat impor China naik signifikan dan sebagian besar berbasis komoditas.

“Dari sisi harga komoditas, trennya bagus sekali pada 2018. Harganya akan jauh lebih baik dibanding 2017,” tutur Alfred. Hanya saja, ia tidak menjamin bahwa pertumbuhan harga komoditas ini akan berlangsung konsisten.

Namun, dengan permintaan sebagai pemicunya, Alfred optimistis, harga komoditas akan cenderung kuat. Volatilitas harga tak akan besar. Ia memprediksikan, harga nikel dapat menyentuh US$ 14.000-US$ 15.000 per metrik ton pada tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×