kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.440.000   -4.000   -0,28%
  • USD/IDR 15.339   1,00   0,01%
  • IDX 7.832   0,23   0,00%
  • KOMPAS100 1.196   2,92   0,25%
  • LQ45 970   2,71   0,28%
  • ISSI 228   0,15   0,07%
  • IDX30 495   1,25   0,25%
  • IDXHIDIV20 597   2,90   0,49%
  • IDX80 136   0,42   0,31%
  • IDXV30 140   0,46   0,33%
  • IDXQ30 166   1,00   0,61%

Prospek Emiten Rokok di Tengah Tantangan hingga Akhir Tahun, Ini Rekomendasi Analis


Senin, 12 Agustus 2024 / 20:00 WIB
Prospek Emiten Rokok di Tengah Tantangan hingga Akhir Tahun, Ini Rekomendasi Analis
ILUSTRASI. Rekomendasi saham emiten rokok


Reporter: Rashif Usman | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten rokok tampaknya bakal semakin berat hingga akhir tahun 2024 ini.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo menyampaikan secara prospek emiten rokok masih dihadapi sejumlah tantangan. Mulai dari adanya aturan larangan penjualan rokok eceran yang bisa mendorong produk rokok murah hingga adanya peralihan konsumen ke rokok elektrik. 

Selain itu, kenaikan cukai juga menjadi tantangan lainnya yang dihadapi emiten rokok ke depannya.

Azis bilang kinerja emiten rokok pada semester I-2024 sudah sejalan dengan ekspektasi. Adanya penurunan kinerja baik sisi top line maupun bottom line memang dipengaruhi dari adanya penurunan daya beli masyarakat akibat naiknya harga rokok yang diakibatkan kenaikan cukai. 

Azis menilai, sejauh ini Wismilak Inti Makmur (WIIM) masih terbilang menarik untuk dikoleksi. "Karena secara kuartalan kinerja top line masih naik ya walaupun bottom line masih turun," kata Azis kepada Kontan, Senin (12/8).

Senada, Direktur PT Rumah Para Pedagang, Kiswoyo berpendapat bahwa kinerja emiten rokok ke depannya bakal dipenuhi sejumlah tantangan antara lain, kenaikan cukai dan pelarangan iklan.

Baca Juga: Laba Wismilak Inti Makmur (WIIM) Terkoreksi 40,35% di Semester I-2024

Kiswoyo menyampaikan bahwa tarif cukai saat ini melihat besaran produksi perusahaan. Artinya, jika produksi rokok yang dihasilkan jumbo, maka cukai yang dikenakan pun menjadi lebih besar sehingga harga jual semakin mahal.

"Makanya banyak rokok-rokok murah bahkan rokok ilegal yang tidak kena pajak cukai yang beredar di masyarakat. Produsen besar kena cukainya mahal otomatis harga jual jadi naik. Pangsa pasarnya juga turun, jadi memang berat. (Ditambah) mereka juga tidak boleh beriklan sebenarnya," kata Kiswoyo kepada Kontan, Senin (12/8).

Kiswoyo menerangkan pergerakan saham HM Sampoerna (HMSP) dan Gudang Garam (GGRM) terpantau turun pada semester I-2024. Dirinya menilai bahwa kinerja dan pergerakan saham pada sektor rokok akan sulit berkembang.

"Kalau cukai dinaikkan, tapi boleh beriklan seperti dulu mungkin masih mending. Tapi masalahnya sekarang sudah tidak boleh beriklan," terangnya. 

Ia pun merekomendasikan untuk sell HMSP dan GGRM yang diproyeksi masing-masing ke Rp 500 dan Rp 12.000. Hari ini, Senin (12/8), harga saham HMSP dan GGRM ditutup dalam posisi masing-masing, Rp 650 dan Rp 14.800.

Sementara itu, Azis merekomendasikan HMSP netral dengan target harga Rp 665.

Sebagai informasi, sejumlah emiten rokok melaporkan kinerja keuangan yang negatif pada semester I-2024

Melansir laporan keuangan, GGRM mencatat laba yang dapat diatribusikan pada entitas induk pada semester I 2024 sebesar Rp 925,51 miliar. Angka tersebut anjlok 71,8% jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2023 yaitu Rp 3,28 triliun. 

Penurunan laba bersih GGRM ini didorong dari turunnya penjualan dan pendapatan GGRM pada enam bulan pertama tahun ini sebesar 10,45% menjadi Rp 50,01 triliun. Padahal pada periode yang sama tahun lalu GGRM mencatat penjualan dan pendapatan sebesar Rp 55,85 triliun. 

HMSP mencatatkan laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 3,31 triliun. Ini terkoreksi 11,55% secara tahunan atau Year on Year (YoY) dari Rp 3,75 triliun per Juni 2023. 

Padahal penjualan bersih HMSP naik 2,96% secara menjadi Rp 57,81 triliun di semester I-2024. Pada periode yang sama di 2023, penjualan bersih emiten rokok ini mencapai Rp 56,15 triliun. 

 

WIIM mencatatkan laba bersih mencapai Rp 147,24 miliar pada periode 6 bulan pertama di tahun 2024. Angka ini terkoreksi 40,35% yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 246,87 miliar.

WIIM sendiri membukukan penjualan Rp 2,22 triliun pada semester I-2024, turun 6,68% yoy bila dibandingkan periode semester I-2023 yang tercatat Rp 2,38 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×