Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. PT Hanson International Tbk (MYRX) menggenjot bisnis baru di bidang properti. MYRX tengah mengembangkan kawasan residensial di daerah Serpong dan Maja, Banten. Bisnis baru ini mulai digeluti setelah bisnis tambang timah dan pengolahan limbah lesu.
Analis Sucorinvest Central Ghani, Michele Gabriela dalam riset pada 25 Juni 2014 menyebutkan, MYRX mengincar kalangan menengah ke bawah. Mereka memiliki 2.937 hektare lahan di daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Pada akhir tahun lalu, MYRX mengakuisisi Mandiri Mega Jaya yang memiliki landbank strategis di Maja dan Serpong dengan luas total 2.937 ha. Demi menarik pembeli pertama, MYRX menggandeng PT Ciputra Development Tbk (CTRA) untuk mengembangkan Maja tahap I. Proyek ini akan diluncurkan pada Agustus 2014. Sedangkan Maja tahap II berada di bawah brand MYRX sendiri, yang akan dirilis pada 2015.
MYRX juga telah soft launching merek sendiri di Serpong pada April 2014. Dalam sebulan, Michele menyebutkan, MYRX telah menjual 47 ha dan 500 unit dengan harga jual rata-rata berkisar Rp 2,7 juta hingga Rp 3 juta per meter persegi. Tahap pengembangan berikutnya berada di Bekasi dan Cengkareng dengan luas total 451 ha.
Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada menilai, lahan MYRX tidak kalah strategis dengan pengembang lain. Dus, MYRX punya peluang yang besar untuk menarik pasar. "Yang perlu dilihat, apakah MYRX bisa membuat bangunan dengan kualitas lebih baik," kata dia.
Landbank MYRX di Serpong berlokasi di sebelah Bumi Serpong Damai (BSDE), sementara landbank di Maja dekat dengan Citra Raya milik CTRA. MYRX juga menggandeng taipan dan properti lokal, seperti Tanto Kurniawan, mantan CEO Paramount Serpong; Tan Kian, pemilik Ritz Carlton Indonesia; serta Benny Tjokrosaputro, yang memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun dalam akuisisi tanah.
Kepala Riset First Asia Capital, David Sutyanto menilai, prospek sektor properti bagus. Apalagi, MYRX punya banyak lahan yang siap dikembangkan. Potensi pasar properti bagi kalangan menengah bawah masih besar. Tapi David belum yakin rencana eksekusi lahan MYRX. "Kita tunggu kapan bisnis ini akan berkontribusi ke pendapatan MYRX," ujar dia.
Michele menilai permintaan rumah dari kalangan menengah ke bawah masih kuat. Indonesia menjadi negara dengan 32% penduduk usia produktif dan penetrasi KPR yang rendah. Pada tahun 2013, Indonesia masih membutuhkan 14,2 juta unit rumah, sementara pasokannya hanya 400.000 unit per tahun. Jadi, harga rumah ukuran kecil dan menengah di Jabodetabek bakal terus meningkat. Di Jabodetabek, harga rumah kecil menengah naik paling cepat, yakni 1,2%-2% quarter on quarter dan 8,4%-8,9% year on year di kuartal I-2014.
Michele memprediksi, laba bersih MYRX tahun ini tumbuh 27% menjadi Rp 14 miliar, adapun pendapatannya turun 27% menjadi Rp 125 miliar. Michele dan Reza merekomendasikan buy MYRX dengan target Rp 845 dan Rp 680 per saham. Sedangkan David menyarankan hold dengan target Rp 660 per saham. Harga MYRX kemarin naik 2,46% menjadi Rp 625 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News