kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.919.000   11.000   0,58%
  • USD/IDR 16.358   57,00   0,35%
  • IDX 7.289   96,90   1,35%
  • KOMPAS100 1.038   11,44   1,11%
  • LQ45 788   8,56   1,10%
  • ISSI 242   4,55   1,92%
  • IDX30 408   5,77   1,44%
  • IDXHIDIV20 467   3,25   0,70%
  • IDX80 117   1,33   1,15%
  • IDXV30 118   -0,01   -0,01%
  • IDXQ30 130   1,53   1,19%

Premi Risiko Indonesia Melandai, Namun Kekhawatiran Defisit Anggaran Membayangi


Senin, 26 Mei 2025 / 20:38 WIB
Premi Risiko Indonesia Melandai, Namun Kekhawatiran Defisit Anggaran Membayangi
ILUSTRASI. Tingkat premi risiko investasi alias credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun tengah menurun.


Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Tingkat premi risiko investasi alias credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun tengah menurun. Tren ini diperkirakan akan berlanjut seiring dengan meredanya ketidakpastian global. 

Adapun CDS Indonesia 5 tahun sempat berada di level 83,9 pada akhir pekan lalu, atau naik dari posisi sebelumnya di level 82,2. Per Senin (26/5), premi risiko investasi Indonesia turun di level 82,0. 

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, kenaikan CDS pada pekan lalu didorong peningkatan ketidakpastian obligasi global pasca pengumuman arah kebijakan fiskal Amerika Serikat (AS), yang mengarah kepada pelebaran defisit. 

Salah satu yang menonjol adalah rancangan undang-undang (RUU) pajak yang digagas Presiden AS Donald Trump. Kebijakan ini sukses memicu polemik hingga kekhawatiran akan utang baru yang dapat menambah ratusan dolar defisit setiap tahunnya. 

“Meski begitu, jika merujuk pada tren CDS, dampaknya sebenarnya cenderung terbatas. Untuk ke depan, saya kira masih akan terus melandai,” ujar Josua kepada Kontan.co.id, Senin (26/5).

Baca Juga: Kenaikan Credit Default Swap (CDS) Picu Imbal Hasil Utang Pemerintah RI Meningkat

Dari domestik, Josua menilai, CDS Indonesia masih dibayangi oleh risiko perlambatan ekonomi dan pelebaran defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). 

Per Maret 2025, defisit APBN telah mencapai Rp 104,2 triliun atau setara 0,43% dari produk domestik bruto (PDB). Adapun pemerintah telah merancang defisit anggaran senilai Rp 616,19 triliun atau setara 2,53% dari PDB. 

Guru Besar Keuangan dan Pengamat Pasar Modal Universitas Indonesia Budi Frensidy menilai, jika rasio defisit APBN masih berada di bawah 3%, kurs rupiah bergerak dikisaran atau dibawah Rp 16.000 per dolar AS, pertumbuhan ekonomi diatas 4,8%, neraca perdagangan masih tercatat surplus, tingkat inflasi terjaga, dan aliran dana asing keluar tidak begitu masif, maka tingkat premi risiko investasi Indonesia akan cenderung stabil. Bahkan,relatif menurun. 

“Saya kira selama CDS Indonesia 5 tahun masih berada di level 70,0 - 90,0 itu masih relatif baik dan wajar,” kata Budi kepada Kontan.co.id, Senin (26/5).

Baca Juga: Faktor Internal Lebih Banyak Berperan Terhadap Kenaikan Risiko Investasi Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×