kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Potensi Resesi Kian Menghantui, Berikut Strategi Siantar TOP dan Erajaya Swasembada


Jumat, 15 Juli 2022 / 08:24 WIB
Potensi Resesi Kian Menghantui, Berikut Strategi Siantar TOP dan Erajaya Swasembada
ILUSTRASI. PRODUSEN MAKANAN RINGAN SNACK PT SIANTAR TOP Tbk STTP


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ancaman resesi kian menghantui perekonomian dunia. Survei terbaru Bloomberg menunjukkan, Indonesia masuk daftar 15 negara yang berpotensi mengalami resesi. Dalam daftar tersebut, Indonesia berada di peringkat ke-14 dengan persentase 3%.

Posisi tiga teratas diduduki oleh Sri Lanka dengan persentase 85%, Selandia Baru 33%, lalu Korea Selatan dan Jepang 25%.

Asal tahu saja, resesi ekonomi adalah periode saat terjadi penurunan roda perekonomian yang ditandainya dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut.

Resesi juga ditandai dengan meningkatnya pengangguran, penurunan penjualan retail, dan terjadinya kontraksi di pendapatan manufaktur untuk periode waktu yang panjang.

Merespons hal tersebut, Direktur Utama PT Siantar TOP Tbk (STTP) Armin berpendapat, resesi global sudah ada di depan mata dan tidak dapat dihindari. Apalagi, sejak pandemi Covid-19 melanda, perekonomian dunia memang sudah dalam masalah.

Baca Juga: Siasati Kenaikan Harga Bahan Baku, Siantar Top (STTP) Sesuaikan Harga Jual

Hal itu terlihat dari naiknya harga bahan baku, harga energi, serta terhambatnya pengiriman logistik yang mengakibatkan kenaikan harga jual berbagai barang dan jasa.

Setelah pandemi mereda, perekenomian dunia dihantam oleh konflik Rusia-Ukraina yang memengaruhi suplai bahan baku pangan dan energi.

"Efek berantainya panjang sampai memengaruhi pangan. Orang kelaparan dan itu terjadi. Kita lihat Sri Lanka dan beberapa negara yang babak belur. Ini pasti narik efek berantainya," kata Armin saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (14/7).

Akan tetapi, untuk STTP sendiri, Armin yakin pengaruhnya tidak akan terlalu besar. Pasalnya, STTP lebih banyak mengekspor produknya ke China, Taiwan, dan Korea. "Selama negara tersebut tidak terlalu terdampak, harusnya tidak terlalu signifikan tapi pengaruh pasti ada. Tergantung negara mana yang kita tuju," ucap Armin.

Terlebih lagi, penjualan STTP mayoritas memang ditujukan ke pasar dalam negeri. Sebagai informasi, per kuartal I-2022, pendapatan ekspor STTP hanya sebesar 7,87% dari total pendapatan Rp 1,18 triliun, sedangkan sisanya berasal dari pasar domestik.

Armin juga meyakini, Indonesia akan lebih kuat dalam menghadapi ancaman resesi dibanding negara-negara lain. Meskipun begitu, Armin memperkirakan pengaruhnya pasti akan terasa seiring dengan naiknya inflasi serta harga pangan dan energi.

Untuk menghadai ancaman resesi ini, Armin menyampaikan, STTP akan melakukan pemerataan pasar agar produk-produk STTP dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Dalam kondisi ini, STTP diuntungkan dengan penjualannya yang memang kuat di penjualan tradisional atau general trade.

STTP juga tidak akan serta merta menaikkan semua harga jualnya meskipun biaya bahan baku meningkat. STTP hanya akan menaikkan harga jual bagi produk-produk yang memang sudah tidak bisa menoleransi kenaikan biaya produksi.

"Jadi, tidak bisa serta merta mematok margin harus sekian. Kami harus lihat kondisi demand juga. Kalau asal menaikkan harga tapi demand tidak ada, ya kami juga jeblok," tutur Armin. Di samping itu, STTP juga akan melakukan efisiensi, baik dari proses produksinya maupun infrastrukturnya.

Menurut Armin, sejauh ini, permintaan produk STTP masih stabil berkat langkah STTP dalam memperbaiki infrastrukturnya sehingga distribusi barang masih terjaga.

Baca Juga: Bahan Baku Naik, Siantar Top (STTP) Naikkan Harga Jual

Oleh sebab itu, sejauh ini, target pertumbuhan top line dan bottom line STTP masih sama seperti yang dicanangkan pada awal tahun, yakni sebanyak dua digit.

Meskipun begitu, STTP tidak bisa berkata pasti bahwa target tersebut akan tercapai. Pasalnya, situasi saat ini sangat cepat berubah sehingga STTP akan terus memantau perkembangan kondisi ke depannya sambil terus melakukan strategi bisnis yang sudah dipersiapkan.

Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) Amelia Allen mengatakan bahwa pihaknya belum bisa berkomentar untuk saat ini perihal hal yang belum pasti. Untuk itu, ERAA akan tetap memantau kondisi yang terjadi di industri maupun ekonomi secara keseluruhan.

Sejauh ini, ERAA melihat bahwa permintaan atas produk-produk gadget dan handset tetap ada di pasar. "Erajaya akan terus berupaya melakukan strategi terbaik untuk mendorong kinerja baik melalui promosi dan diskon, layanan mobile selling, Eraxpress, click & pick-up, dan juga layanan exhibition yang dilakukan online dan offline," tutur Amelia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×