kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   -8.000   -0,42%
  • USD/IDR 16.779   21,00   0,13%
  • IDX 6.369   106,29   1,70%
  • KOMPAS100 923   27,30   3,05%
  • LQ45 724   17,33   2,45%
  • ISSI 198   4,51   2,33%
  • IDX30 378   6,29   1,69%
  • IDXHIDIV20 458   7,62   1,69%
  • IDX80 105   3,28   3,22%
  • IDXV30 111   4,56   4,28%
  • IDXQ30 124   1,83   1,50%

Potensi Pelemahan Stok Tak Cukup Kerek Naik Harga Gas Alam


Kamis, 10 April 2025 / 18:51 WIB
Potensi Pelemahan Stok Tak Cukup Kerek Naik Harga Gas Alam
ILUSTRASI. Harga gas alam mentah dibayangi pelemahan seiring melemahnya harga komoditas energi lainnya. REUTERS/Jonathan Bachman


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga gas alam mentah dibayangi pelemahan seiring melemahnya harga komoditas energi lainnya. Meski mendapat dorongan dari potensi kurangnya stok di tengah peningkatan permintaan, harga gas alam masih berpotensi melemah hingga tengah tahun. 

Menurut Trading Economics, Kamis (10/4) pukul 17.47 WIB, harga gas alam ada di level US$ 3,699 per MMBtu, turun 3,05% dari sehari sebelumnya. Secara kumulatif bulanan, harga gas alam mentah sudah terkoreksi hingga 16,68%. 

Padahal, produksi gas alam mentah berpotensi naik seiring peningkatan permintaan untuk gas alam cair atau liquified natural gas (LNG) dan lonjakan permintaan listrik.

Baca Juga: Pemerintah Sesuaikan Ekspor Gas ke Singapura untuk Penuhi Kebutuhan Domestik

Menurut Founder Traderindo Wahyu Laksono, pelemahan harga gas alam masih akan berlanjut seiring tren bearish pada komoditas energi lain seperti minyak mentah dan batubara. 

“Natural gas pada akhirnya bisa terdampak melemah jika tren harga energi tertekan,” kata Wahyu kepada Kontan.co.id, Kamis (10/4).

Kata Wahyu, itu karena pada dasarnya gas alam merupakan komoditas produksi sampingan dari kilang minyak bumi. Makanya, pelemahan harga minyak akan turut mendorong turun harga gas alam. 

Kini, komoditas energi memang masih terbebani sentimen negatif dari kebijakan tarif yang dipasang Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk negara-negara pengimpornya. Terbaru, AS menunda penerapan tarif timbal balik untuk sejumlah negara selama 90 hari.

Baca Juga: Menteri Bahlil Ungkap Periode Lebaran, Cadangan Batubara dan Gas Prioritas untuk PLN

Namun, penundaan tersebut tak berlaku untuk China. Pasalnya, negara ini sudah menerapkan tarif balasan yang ujungnya menambahkan tensi perang dagang. 

Demikian, situasi ini memicu ketidakpastian ekonomi global serta kecemasan pasar. Bahkan, menurut Wahyu, kebijakan Trump ini juga berpotensi memicu resesi ekonomi global. 
“Resesi akan menekan demand dan harga apapun termasuk komoditas energi,” katanya. 

Sebagai produsen terbesar gas alam, AS sendiri berencana untuk memproduksi sekitar 105,2 miliar bcfd tahun ini. Seiring dengan itu, EIA memproyeksi konsumsi gas akan meningkat hingga 105,5 bcfd pada 2025 dan 107,6 bcfd pada 2026.

Namun, proyeksi tersebut tak cukup mendorong naik harga gas alam. 

Secara keseluruhan, Wahyu menilai harga gas alam dan komoditas energi lainnya masih belum pasti. Pasalnya, arah kebijakan tarif Trump sendiri masih belum pasti.

Hingga tengah tahun, Wahyu memproyeksi harga gas alam masih akan bergerak dalam rentang US$ 2.000–US$5.000 per MMMBtu.

Selanjutnya: Geliat Batubara Global Dinilai Makin Kuat Usai Trump Tandatangani Perintah Eksekutif

Menarik Dibaca: Anak Insomnia? Ikuti 3 Cara Ini untuk Mengatasi Insomnia ya Moms

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×