kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.704.000   25.000   1,49%
  • USD/IDR 16.450   35,00   0,21%
  • IDX 6.380   -139,26   -2,14%
  • KOMPAS100 926   -23,75   -2,50%
  • LQ45 725   -12,49   -1,69%
  • ISSI 196   -6,34   -3,13%
  • IDX30 379   -3,71   -0,97%
  • IDXHIDIV20 456   -5,75   -1,25%
  • IDX80 105   -2,26   -2,11%
  • IDXV30 108   -2,36   -2,13%
  • IDXQ30 124   -0,95   -0,75%

Porsi asing di sukuk negara masih minim


Kamis, 17 Maret 2016 / 19:12 WIB
Porsi asing di sukuk negara masih minim


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Porsi investor asing pada Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) alias sukuk negara cukup minim.

Mengacu situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan per 16 Maret 2016, kepemilikan SBSN domestik yang dapat diperdagangkan mencapai Rp 200,04 triliun.

Mayoritas sukuk negara masih digenggam oleh bank konvensional sekitar Rp 72,83 triliun. Lalu diikuti oleh investor individu Rp 39,28 triliun, asuransi Rp 32,19 triliun, bank syariah Rp 19,5 triliun, investor lainnya Rp 13,82 triliun, investor asing Rp 10,5 triliun, dana pensiun Rp 5,94 triliun, reksadana Rp 5,39 triliun, serta institusi pemerintah Rp 0,59 triliun.

Adapun porsi asing pada sukuk negara tumbuh 28,99% dibandingkan posisi akhir tahun 2015 yang tercatat Rp 8,14 triliun.

Analis Infovesta Utama Beben Feri Wibowo menuturkan, portofolio asing pada SBSN memang masih minim. Bandingkan dengan kepemilikan asing pada Surat Utang Negara (SUN) yang mencapai Rp 585,79 triliun.

Maklum, investor asing umumnya berinvestasi dengan sistem trading. Sehingga mereka lebih menyukai SUN dengan likuiditas yang tinggi. Adapun per 16 Maret 2016, jumlah kepemilikan SUN domestik yang dapat ditransaksikan mencapai Rp 1.353,71 triliun.

Makanya sukuk negara umumnya didominasi oleh investor domestik, semisal perbankan, asuransi, serta dana pensiun yang biasanya menggenggam sukuk hingga jatuh tempo alias hold to maturity.

"Strategi hold to maturity memiliki risiko relatif lebih rendah dibandingkan dengan sistem Available for Sale (AFS). Investor dalam negeri juga lebih berharap pada imbal hasil yang diperoleh hingga jatuh tempo," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×