kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.210   -5,00   -0,03%
  • IDX 7.080   -83,96   -1,17%
  • KOMPAS100 1.055   -15,18   -1,42%
  • LQ45 826   -11,60   -1,38%
  • ISSI 212   -3,57   -1,65%
  • IDX30 424   -5,54   -1,29%
  • IDXHIDIV20 506   -9,70   -1,88%
  • IDX80 121   -1,59   -1,30%
  • IDXV30 125   -1,09   -0,87%
  • IDXQ30 140   -2,34   -1,64%

Harga sukuk negara punya kans menguat


Rabu, 16 Maret 2016 / 21:23 WIB
Harga sukuk negara punya kans menguat


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Hingga pengujung tahun ini, harga Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) alias sukuk negara berpotensi semakin tinggi. Berbagai katalis positif dari dalam negeri akan menyokong kenaikan harga sukuk pemerintah.

Secara year to date per 16 Maret 2016, rata-rata harga sukuk negara yang tercermin pada indeks IGSIX Clean Price naik 3,86% ke level 103,3.

Analis Sucorinvest Central Gani Ariawan optimistis, hingga pengujung tahun 2016, harga sukuk negara berpotensi melambung. Faktor pendorongnya, masih ada ruang bagi pemangkasan suku bunga Bank Indonesia yang saat ini di level 7%. Maklum, target inflasi Indonesia tahun ini dipatok 4% (±1%).

Menurut Ariawan, kenaikan harga sukuk negara di waktu mendatang juga bakal tertopang oleh minat investor yang kian besar. Lihat saja penerbitan Sukuk Negara Ritel seri SR-008 pada pekan lalu yang mencapai Rp 31,5 triliun, lebih tinggi ketimbang peluncuran SR-007 yang tercatat Rp 21,96 triliun.

Maklum, instrumen berbasis syariah di dalam negeri masih terbatas. Makanya institusi umumnya bakal berburu investasi syariah teranyar, termasuk sukuk negara. “Kebutuhan instrumen syariah untuk produk deposito syariah dan reksadana syariah masih tinggi,” terangnya.

Ariawan memprediksi, hingga akhir tahun 2016, masih ada ruang penurunan yield sukuk negara seri PBS-009 sekitar 30 bps – 50 bps dari level saat ini 7,7% - 7,8%. Artinya, harga sukuk akan naik lebih tinggi.

Meski demikian, analis Infovesta Utama Beben Feri Wibowo mengingatkan, masih ada tantangan global yang berpotensi menekan pasar obligasi dalam negeri, termasuk kinerja sukuk negara. Yakni isu perlambatan ekonomi China dan rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS alias The Fed. “Hal ini masih menjadi tantangan bagi pemerintah dalam hal pencapaian target pertumbuhan ekonomi domestik. Tentunya akan berdampak pada pasar saham dan obligasi,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×