kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.210   -5,00   -0,03%
  • IDX 7.080   -83,96   -1,17%
  • KOMPAS100 1.055   -15,18   -1,42%
  • LQ45 826   -11,60   -1,38%
  • ISSI 212   -3,57   -1,65%
  • IDX30 424   -5,54   -1,29%
  • IDXHIDIV20 506   -9,70   -1,88%
  • IDX80 121   -1,59   -1,30%
  • IDXV30 125   -1,09   -0,87%
  • IDXQ30 140   -2,34   -1,64%

Harga sukuk negara naik 3,86%


Rabu, 16 Maret 2016 / 20:48 WIB
Harga sukuk negara naik 3,86%


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Berbagai katalis positif dari dalam negeri menyokong pertumbuhan harga Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) alias sukuk negara.

Secara year to date per 16 Maret 2016, rata-rata harga sukuk negara yang tercermin pada indeks IGSIX Clean Price naik 3,86% ke level 103,3. Sementara rata-rata harga obligasi pemerintah yang terefleksikan pada INDOBeX Government Clean Price menggemuk 5,5% ke level 110,51 pada periode yang sama.

Analis Infovesta Utama Beben Feri Wibowo menjabarkan, ada beberapa faktor yang menunjang pertumbuhan harga sukuk negara sejak awal tahun 2016.
Pertama, pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Sejak awal tahun Monyet Api, BI sudah memotong suku bunga sebesar 50 basis poin ke level 7%.

Kedua, rilis data pertumbuhan ekonomi Tanah Air per kuartal IV 2015 yang tercatat 5,04% (yoy), lebih baik ketimbang prediksi para investor yang dipatok lebih rendah dari level 5%. Ketiga, stabilitas mata uang Garuda di hadapan dollar Amerika Serikat (AS). Bahkan beberapa waktu lalu, rupiah sempat menyasar level Rp 13.000 per dollar AS.

“Makro ekonomi domestik yang masih cukup baik memberikan sokongan positif terhadap pasar obligasi, termasuk sukuk pemerintah,” jelas Beben.

Analis Sucorinvest Central Gani Ariawan menambahkan, kenaikan harga sukuk negara juga terbantu dari sisi kebijakan pemerintah. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menetapkan, institusi seperti dana pensiun, asuransi, dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) wajib menempatkan dana minimal 10% - 30% pada instrumen Surat Berharga Negara (SBN) sebelum akhir tahun 2016.

Ariawan menjelaskan, sebagian besar kebutuhan likuiditas institusi semisal dana pensiun dan asuransi umumnya bersifat jangka panjang. Oleh karena itu, pelaku industri keuangan non perbankan tersebut biasanya akan cenderung berburu sukuk negara ketimbang Surat Utang Negara (SUN). Sebab, sukuk negara umumnya memberikan imbal hasil lebih tinggi dibandingkan SUN. “Investor sukuk negara cenderung pegang hingga jatuh tempo. Dana pensiun dan asuransi akan lebih tertarik masuk ke sukuk negara karena yieldnya lebih menarik,” tukasnya.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×