kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.290.000   -15.000   -0,65%
  • USD/IDR 16.653   -5,00   -0,03%
  • IDX 8.164   -20,19   -0,25%
  • KOMPAS100 1.136   -7,73   -0,68%
  • LQ45 832   -5,41   -0,65%
  • ISSI 282   -1,61   -0,57%
  • IDX30 437   -3,69   -0,84%
  • IDXHIDIV20 503   -5,62   -1,10%
  • IDX80 128   -0,88   -0,68%
  • IDXV30 136   -1,98   -1,44%
  • IDXQ30 139   -1,42   -1,01%

Perusahaan Patungan TPIA dan Glencor Raih Kredit Jumbo, Ini Catatan Analis


Selasa, 16 September 2025 / 19:21 WIB
Perusahaan Patungan TPIA dan Glencor Raih Kredit Jumbo, Ini Catatan Analis
ILUSTRASI. Joint venture PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) dengan Glencore, Aster Chemicals menandatangi perjanjian untuk mengakusisi seluruh kepemilikan atas fasilitas condensate splitter dan aset terkait milik PCS Pte. Ltd. di Pulau Jurong, Singapura.


Reporter: Rashif Usman | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aster Chemicals & Energy Pte. Ltd., perusahaan patungan (joint venture) antara PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) dan Glencore resmi menutup fasilitas pinjaman berjangka sindikasi terkait keberlanjutan (Sustainability-Linked Syndicated Term Loan Facility/SLL) senilai US$ 1 miliar.

CFO Grup sekaligus Deputy CEO Aster, Andre Khor mengatakan dana tersebut akan digunakan untuk kebutuhan korporasi umum, termasuk proyek peremajaan aset strategis di Pulau Bukom dan Jurong, Singapura.

“Dengan mengintegrasikan target keberlanjutan ke dalam strategi pendanaan, Aster menegaskan perannya sebagai perusahaan yang bertanggung jawab sekaligus mitra jangka panjang dalam mendorong pertumbuhan berkelanjutan di Asia Tenggara,” kata Andre dalam keterangannya, Senin (15/9/2025).

Baca Juga: Perusahaan JV Chandra Asri (TPIA) dan Glencore Raih Fasilitas Pinjaman US$ 1 Miliar

Minat Tinggi dari Perbankan

Andre menambahkan, fasilitas pinjaman ini mendapat minat besar dari pasar perbankan dan mengalami kelebihan permintaan (oversubscribe).

Fasilitas ditingkatkan melalui opsi Greenshoe setelah berhasil menarik partisipasi bank-bank terkemuka dari Singapura, Indonesia, Thailand, Uni Emirat Arab, Jepang, Inggris, hingga Sri Lanka.

Sebagai Mandated Lead Arrangers, Underwriters, dan Bookrunners (MLAUB), Aster menunjuk DBS Bank Ltd. dan OCBC.

Keduanya juga berperan sebagai Koordinator Keberlanjutan untuk memastikan keselarasan pembiayaan dengan tujuan Environmental, Social, and Governance (ESG) Aster.

Baca Juga: Anak Usahanya Bangun Pabrik Baru, Simak Rekomendasi Saham Chandra Asri (TPIA) Berikut

Adapun Mandated Lead Arrangers lainnya meliputi Clifford Capital, Mizuho Bank, PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk cabang Singapura, serta PT Bank Rakyat Indonesia Tbk cabang Singapura.

Sementara Lead Arrangers terdiri dari Bangkok Bank, First Abu Dhabi Bank, Indonesia Eximbank, Standard Chartered, dan Hatton National Bank.

Fasilitas ini juga memperoleh pendapat pihak kedua (second-party opinion) dari DNV Business Assurance Singapore, yang menilai kesesuaian pembiayaan dengan prinsip pinjaman berkelanjutan yang diterbitkan APLMA, LMA, dan LSTA.

Dampak ke TPIA

Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi menilai kredit sindikasi ini menjadi tonggak penting bagi TPIA karena menunjukkan kemampuan grup untuk mengakses pembiayaan global berskala besar.

“Walau tidak langsung masuk ke TPIA, proyek Aster secara konsolidasi akan memperkuat ekosistem bisnis hilir kimia milik grup,” kata Wafi kepada Kontan.co.oid, Selasa (16/9).

Baca Juga: Chandra Asri (TPIA) Beberkan Progres Pembangunan Pabrik CA-EDC

Menurut Wafi, dana ini akan digunakan untuk peremajaan kilang di Pulau Bukom dan Jurong, yang sebelumnya dikelola Shell. Kedua aset tersebut memiliki nilai strategis tinggi karena dekat dengan pasar Asia.

Dengan langkah ini, TPIA dan Glencore mengamankan akses jangka panjang ke infrastruktur pemrosesan dan distribusi kimia di kawasan regional.

“Ini akan melengkapi pabrik Chandra Asri di Cilegon dan proyek Chandra Asri Perkasa (CAP) 2 yang tengah berjalan,” tambah Wafi.

Ia menilai strategi integrasi vertikal ini akan memperkuat operasional TPIA sekaligus menstabilkan margin EBITDA di tengah fluktuasi harga petrokimia.

Baca Juga: Kinerja TPIA Melonjak di Semester I 2025, Cermati Rekomendasi Analis

Prospek Saham TPIA

Wafi mencatat saham TPIA saat ini diperdagangkan dengan EV/EBITDA 2025 di kisaran 10–11 kali, relatif premium dibandingkan emiten sejenis di Asia. Hal ini mencerminkan ekspektasi pasar terhadap prospek pertumbuhan jangka panjang proyek-proyek perusahaan.

Namun, ia mengingatkan pergerakan saham TPIA masih sensitif terhadap dinamika harga naphtha dan margin petrokimia.

“Untuk investor jangka pendek, volatilitas saham TPIA tetap tinggi. Tapi untuk horizon menengah-panjang, khususnya yang percaya pada prospek hilirisasi petrokimia Indonesia, TPIA menarik untuk mulai dikoleksi saat harga melemah,” jelasnya.

KISI pun merekomendasikan buy saham TPIA dengan target harga Rp 8.500 per saham.

 

Selanjutnya: Pemerintah Siapkan Program Magang Lulusan Baru, Bisa Ditempatkan di Swasta dan BUMN

Menarik Dibaca: 4 Kesalahan Skincare Malam yang Harus Dihindari, Bikin Kulit Susah Glowing

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×