Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) berpeluang meraih kinerja lebih baik pada sisa tahun 2025. Emiten Grup Pertamina ini tengah berupaya memaksimalkan kemampuan produksi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ulubelu yang berlokasi di Lampung.
Dalam riset yang dipublikasikan pada Selasa (22/7), Analis Mirae Asset Sekuritas Muhammad Farras Farhan dan Daniel Widjaja mengatakan PLTP Ulubelu yang berkapasitas 220 megawatt (MW) mampu menyumbang 20% kebutuhan listrik di Lampung dan berkontribusi sekitar 30% dari total pendapatan PGEO.
PGEO disebut sedang melakukan optimasi pada PLTP Ulubelu selama periode 2025—2029 untuk mempertahankan output dan menurunkan biaya produksi.
“Hal ini untuk mendukung proyeksi pendapatan tahun 2025 sebesar US$ 117 juta,” tulis Farras dan Daniel dalam risetnya.
Baca Juga: Pertamina (PGEO) Belum Berencana Raih Pendanaan dalam Rupiah Kendati Suku Bunga Turun
Selain itu, PGEO juga sedang mengevaluasi potensi tambahan kapasitas pada PLTP Ulubelu hingga 95 MW melalui proyek Gunung Tiga (sebesar 55 MW), Binary Unit (30 MW), dan Geothermal Power Plant (GPP) bertekanan rendah (10 MW).
Khusus untuk proyek ekspansi greenfield Gunung Tiga, PGEO akan memulai proses pengeboran pada September 2025 dan mencapai Commision Operation Date (COD) secara penuh pada 2030. Proyek ini akan semakin memperkuat peran PGEO dalam ketahanan energi nasional.
Sementara itu, Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi menilai, optimasi PLTP Ulubelu tentu akan meningkatkan kontribusi pembangkit tersebut terhadap pendapatan PGEO secara jangka panjang.
“Nantinya, recurring income dari PLTP ini akan memberikan stabilitas pendapatan bagi PGEO,” tutur dia, Rabu (23/7).
Secara umum, Wafi memperkirakan kinerja PGEO pada semester II-2025 akan mengalami pemulihan seiring berakhirnya proses pemeliharaan beberapa aset PLTP serta mulai diakuinya sumber pendapatan dari beberapa proyek dan akuisisi yang sudah dituntaskan emiten tersebut.
“Kami perkirakan pendapatan PGEO pada semester II-2025 dapat tumbuh high single digit dibandingkan semester I-2025,” terang dia.
Sejauh ini, PGEO belum merilis laporan keuangan semester pertama 2025. Dalam catatan Kontan, PGEO mengalami penurunan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk 33,97% year on year (YoY) menjadi US$ 31,37 juta pada kuartal I-2025.
Pendapatan PGEO juga terkoreksi tipis 1,75% yoy menjadi US$ 101,51 juta pada akhir kuartal pertama lalu.
Wafi menilai, saham PGEO masih layak dikoleksi investor dengan target harga Rp 1.700 per saham.
Harga saham PGEO juga tengah mengalami tren penguatan seiring ekspektasi atas akselerasi proyek ekspansi dan optimasi aset perusahaan hingga meningkatnya minat investor terhadap sektor energi terbarukan.
Pada penutupan perdagangan Rabu (23/7), saham PGEO naik 3,15% ke level Rp 1.635 per saham. Sejak awal tahun, harga saham PGEO telah melesat 74,87% year to date (ytd).
Selanjutnya: Mitsubishi Fuso Perkenalkan EV Mobile Charger & Fighter X Tractor Head di GIIAS 2025
Menarik Dibaca: Fitur Lifestyle Hadir di PLN Mobile, Perluas Layanan ke Ranah Hiburan dan Gaya Hidup
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News