Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lesunya harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) masih berlanjut hingga separuh pertama 2018. Tertekan isu perang dagang yang masih bergulir dan sentimen melemahnya permintaan, performa harga CPO diproyeksi masih akan redup hingga tutup tahun.
Mengutip Bloomberg, harga CPO kontrak pengiriman September 2018 di Malaysian Derivative Exchange akhir Juni lalu, tercatat di level RM 2.326 per metrik ton. Dalam enam bulan pertama, harga CPO terkoreksi 6,44%. Hari ini, Kamis (5/7), harga CPO makin melorot ke posisi RM 2.288 per metrik ton.
Analis Monex Investindo Faisyal, menjelaskan, tren harga CPO sejak awal tahun sejatinya sudah melemah. Sentimen negatif dari negara-negara Eropa yang mengeluarkan kampanye antiminyak sawit membuat harga komoditas ini redup. "Meski mendapat pertentangan dari Indonesia dan Malaysia, isu kampanye negatif Eropa ini sepertinya masih belum selesai," ujar Faisyal, Kamis (5/7)
Tekanan pada harga CPO tak berakhir di situ. Tekanan justru diperburuk oleh tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Faisyal menjelaskan, penurunan harga CPO sejalan dengan harga minyak nabati lain, terutama minyak kedelai, yang ikut terseret pasca China menerapkan kebijakan impor pada produk agrikultural AS.
"Harga minyak kedelai yang jadi lebih mahal membuat permintaan berkurang dan menekan harga. CPO pun terkena imbasnya," imbuh Faisyal.
Berkurangnya permintaan, tambah Faisyal, tampaknya terefleksi juga dari nilai ekspor CPO Malaysia yang kian berkurang. Di bulan Juni, nilai ekspor CPO Malaysia mencatat penurunan 10,3% month-on-month.
Alhasil, tak heran harga CPO masih terus tertekan hingga akhir semester pertama tahun ini. Faisyal memproyeksi, sentimen negatif yang serupa masih berpotensi menahan laju harga CPO di semester selanjutnya.
"Soalnya, tidak ada yang tahu sampai kapan dan sejauh mana perang dagang ini berlangsung. Kalau makin memanas, ini akan memperburuk kinerja CPO," ujar Faisyal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News