kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Harga CPO terdampar ke level terendah sejak 2016


Rabu, 20 Juni 2018 / 18:28 WIB
Harga CPO terdampar ke level terendah sejak 2016
ILUSTRASI. Buah Sawit di Perkebunan PTPN VIII, Bogor


Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) kembali terdampar di level terendah. Memanasnya konflik perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China, serta ketidakpastian ekspor Eropa membuat harga komoditas perkebunan ini terus tertekan setelah Ramadan.

Dalam sepekan terakhir, harga CPO turun 3,05%. Pada perdagangan hari ini, Rabu (20/6) pukul 17.00 WIB, harga CPO kontrak pengiriman September 2018 di Malaysian Derivative Exchange terus merosot ke posisi RM 2.260 per metrik ton atau turun 0,13% dari harga di hari sebelumnya. Ini merupakan level harga terendah CPO sepanjang tahun ini, bahkan sejak September 2016.

Direktur Utama Garuda Berjangka Ibrahim, mengatakan, sejatinya tren harga CPO sejak awal tahun terus menurun. Terutama, setelah konflik tarif dagang oleh AS kepada sejumlah negara, termasuk China. "Saat ini, harga CPO diselimuti dua persoalan besar yaitu perang dagang dan ekspor Eropa yang tidak pasti," ujar Ibrahim, Rabu (20/6).

Sebagai informasi, selama ini Eropa menjadi pengekspor minyak sawit mentah terbesar kedua di dunia setelah Asia. Pasokan CPO di Eropa Timur pun selama ini didominasi oleh produk dari Indonesia dan Malaysia.

Menurut Ibrahim, sentimen buruk mengenai produk CPO masih berkembang di pasar Eropa. Tambah lagi, kebijakan bank sentral Eropa atau ECB yang masih akan menahan suku bunga acuan membuat pasar derivatif lesu. Akibatnya dollar AS menguat tajam dan prediksi awal harga CPO bisa bertahan di atas RM 2.400 pun meleset.

Kendati demikian, penguatan dollar AS yang membuat ringgit melemah tak serta merta mendongkrak harga CPO. Sentimen perang dagang menjadi penyebabnya yang membuat kondisi pasar kembali terancam volaitilitas tinggi.

Data ekspor CPO Malaysia yang merosot sepanjang bulan ini juga turut membebani harga. Menurut perusahaan layanan survei dan inspeksi AmSpec Agri, ekspor CPO Malaysia sejak 1 - 20 Juni tercatat sebesar 690.015 ton atau turun 6,4% month-on-month dari 736.942 ton pada 1 - 20 Mei 2018.

Ibrahim berpendapat, prospek harga CPO hingga akhir tahun tampaknya masih akan terus tertekan. "Sentimen kenaikan suku bunga The Fed yang kemungkinan masih dua kali lagi juga akan mempersulit harga CPO naik lebih tinggi," imbuh dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×