kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Permintaan lesu akibat perang dagang, harga timah masih berada dalam fase koreksi


Selasa, 20 Agustus 2019 / 21:10 WIB
Permintaan lesu akibat perang dagang, harga timah masih berada dalam fase koreksi


Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga timah global masih cenderung lesu dalam beberapa waktu terakhir. Fundamental komoditas logam industri ini memburuk akibat tekanan perang dagang yang berujung pada perlambatan ekonomi global.

Senin (19/8), harga timah kontrak tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) turun 0,60% ke level US$ 16.475 per metrik ton. Dalam sepekan terakhir, harga timah telah terkoreksi 2,51%.

Tak hanya itu, sejak 2 Agustus lalu harga timah telah bergulir di bawah level US$ 17.000 per metrik ton. Terakhir kali fenomena ini muncul adalah di bulan Juni 2016 silam.

Direktur Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, penurunan harga timah akhir-akhir ini merupakan akumulasi dari dampak negatif ancaman perlambatan ekonomi global akibat perang dagang.

Baca Juga: BBJ segera luncurkan perdagangan kontrak fisik timah murni batangan

Seperti yang diketahui, hingga kini perang dagang antara AS dan China tak kunjung menemui titik penyelesaian secara pasti. Presiden AS Donald Trump sebenarnya baru saja menunda kenaikan tarif impor produk asal China hingga 15 Desember mendatang. Namun, sosok yang sama mengaku belum siap melakukan negosiasi dagang ulang dengan China.

Perang dagang tentu memukul perekonomian kedua negara tersebut. Lebih khusus untuk China, permintaan timah dari negara ini berkurang drastis semenjak perang dagang berkecamuk. “Padahal China merupakan konsumen dan pengimpor timah terbesar,” ujar Ibrahim, Selasa (20/8).

Permintaan timah dari kawasan Eropa juga berkurang. Pasalnya, ancaman perlambatan ekonomi mulai merambat ke benua biru.

Inggris misalnya. Kendati pekan lalu data penjualan ritel Inggris di bulan Juli tumbuh 0,2%, hasil ini belum bisa membuktikan bahwa negara tersebut aman dari ancaman perlambatan ekonomi. Terlebih lagi, Inggris masih berurusan dengan masalah Brexit.

Baca Juga: Belum ada formulasi efektif, pemerintah masih sulit atasi tambang ilegal




TERBARU

[X]
×