Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
“Kalau ekonomi Inggris bermasalah, harga timah juga kena dampaknya. Sebab, pasar acuan timah global ada di Inggris,” ungkap dia.
Dari dalam negeri, upaya Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dalam merilis perdagangan kontrak timah belum tentu berdampak positif bagi pergerakan harga komoditas tersebut.
Memang, berkat adanya BBJ ditambah Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) sebagai penyelenggara perdagangan timah akan mempermudah ekspor dari dalam negeri. Akan tetapi, hal ini bisa saja hambar karena permintaan timah global sedang menurun. Kondisi ini justru bisa membuat harga timah kembali turun.
“Kuartal satu lalu harga timah bisa di atas US$ 20.000 per metrik ton karena ekspor Indonesia sempat tertahan. Sekarang ketika ekspor lebih mulus, permintaannya berkurang,” ungkap Ibrahim.
Baca Juga: MIND ID, nama baru Holding Tambang dengan Dirut Budi Gunadi Sadikin
Menurutnya, dalam waktu dekat harga timah masih berpotensi turun. Ini didukung pula oleh pergerakan indeks dollar AS yang masih menunjukkan penguatan.
Secara teknikal, bollinger moving average 20% di atas bollinger bawah sehingga memberi sinyal harga timah masih bisa jatuh. Indikator stochastic dan MACD 60% negatif. Sedangkan RSI wait and see.
Dengan kondisi demikian, Ibrahim merekomendasikan sell untuk timah. Harga timah sendiri ditaksir akan bergerak di kisaran US$ 16.280—US$ 16.500 per metrik ton pada esok hari. Sementara untuk sepekan ke depan, harga timah akan bergulir di area US$ 16.000-US$ 16.575 per metrik ton.
Baca Juga: Biaya tidak kompetitif, Indo Tambangraya Megah (ITMG) tinggalkan pasar Eropa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News