Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah kembali melemah pada perdagangan hari ini setelah naik tajam di dua sesi sebelumnya, karena kekhawatiran tentang permintaan bahan bakar yang lemah muncul kembali terlebih setelah sejumlah produsen di Teluk Meksiko bersiap untuk melanjutkan produksi menyusul amukan Badai Sally.
Mengutip Reuters, Kamis (17/9) pukul 13.45 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis Brent kontrak pengiriman November 2020 turun 67 sen, atau 1,6% menjadi US$ 41,55 per barel. Sebelumnya, harga Brent sudah naik 4,2% pada sesi sebelumnya.
Serupa, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Oktober 2020 turun 70 sen atau 1,7% menjadi US$ 39,46 per barel. Pada Rabu (16/9), harga WTI melonjak 4,9%.
"Kami melihat beberapa aksi ambil untung pagi ini dari pelaku pasar yang tetap skeptis secara luas bahwa minyak mentah telah dihargai di pasar yang lebih lemah selama kuartal ketiga dan secara khusus tidak membeli ke rebound tajam kemarin," kata Vandana Hari, analis pasar minyak di Vanda Insights.
Baca Juga: Harga emas spot anjlok 1% ke US$ 1.938 per ons troi setelah The Fed optimistis
Harga minyak cenderung bergerak ke zona negatif setelah kenaikan stok bahan bakar jenis disel di AS lebih besar dari yang diharapkan. Kenaikan stok tersebut termasuk solar dan minyak pemanas, yang meningkatkan kekhawatiran tentang permintaan bahan bakar yang lemah di ekonomi terbesar dunia itu.
"Permintaan distillate adalah poin utama perhatian," kata analis komoditas Commonwealth Bank Vivek Dhar dalam sebuah catatan.
Kemarin, Energy Information Administration melaporkan stok distillate naik 3,5 juta barel pada pekan yang berakhir 11 September. Jumlah tersebut hampir enam kali lebih banyak dari yang diperkirakan analis.
Jumlah stok minyak jenis itu telah melonjak ke level tertinggi untuk tahun ini setidaknya sejak 1991, dan margin penyulingan AS untuk memproduksi distillate adalah yang terendah dalam 10 tahun, kata Dhar.
"Itu adalah disinsentif yang kuat bagi penyulingan untuk meningkatkan aktivitas dan secara langsung menandakan tekanan permintaan yang dihadapi serangkaian produk minyak," lanjut dia.
Di sisi pasokan, perusahaan energi mulai mengembalikan awaknya ke anjungan minyak lepas pantai di Teluk Meksiko setelah Badai Sally mengamuk di darat. Hampir 500.000 barel per hari (bpd) produksi minyak lepas pantai Teluk Meksiko AS ditutup menjelang badai terbaru yang melanda wilayah tersebut.
Baca Juga: Turun tipis, harga minyak masih bertahan di atas US$ 40 per barel
Panel Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, bertemu pada hari ini untuk meninjau pasar. Tetapi para analis melihat OPEC+ tidak mungkin merekomendasikan pemotongan lebih lanjut untuk produksi minyak meskipun terjadi penurunan harga baru-baru ini.
Sebelumnya, OPEC+ sudah setuju untuk memangkas produksi 7,7 juta barel per hari, atau sekitar 8%, dari permintaan global sejak Agustus hingga Desember. Irak dan negara-negara lain setuju untuk menaikkan di bawah kuota mereka pada bulan September untuk mengkompensasi kelebihan produksi awal tahun ini.
Selanjutnya: Harga minyak mentah acuan bertahan di atas US$ 40 per barel usai melesat 4%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News