Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten operator telekomunikasi PT XL Axiata Tbk (EXCL) membukukan kenaikan pendapatan 10% year on year (yoy) menjadi Rp 12,13 triliun pada semester I-2020. Ini sejalan dengan pendapatan layanan data yang tumbuh 15% yoy sehingga meningkatkan kontribusinya terhadap total pendapatan XL Axiata menjadi 91%.
Presiden Direktur & CEO XL Axiata Dian Siswarini mengatakan, kenaikan pendapatan ini merupakan efek dari meluasnya kebutuhan masyarakat terhadap akses internet untuk mendukung aktivitas bekerja dan belajar selama masa pandemi Covid-19.
Baca Juga: Pelanggan XL Axiata Stagnan Saat Trafik Naik, Begini Rekomendasi untuk Saham EXCL
"Trafik pemakaian data memang meningkat terutama pada bulan-bulan awal masa pandemi. Namun, kemudian trafik melandai karena daya beli masyarakat juga melemah seiring menurunnya kondisi ekonomi secara umum karena terdampak pandemi," tutur Dian dalam keterangan tertulisanya, Kamis (27/8).
Menurut Dian, pelemahan daya beli masyarakat ini telah meningkatkan kompetisi di antara para operator. Alhasil, beberapa operator meluncurkan paket-paket data baru dengan harga yang murah.
Harapannya, dengan langkah ini, tingkat trafik tetap bisa dijaga atau bahkan ditingkatkan dengan memanfaatkan momentum keharusan bekerja dan belajar dari rumah.
"Kondisi ini sudah pasti menambah tekanan kepada semua operator padahal kondisi yang ada saat ini sudah cukup berat," ungkap Dian.
Untuk menyikapi dinamika industri dan kompetisi yang terjadi, XL Axiata mengambil sikap hati-hati dan penuh perhitungan. Produk atau paket data baru dihadirkan dengan pertimbangan matang berdasarkan analisis data pola konsumsi layanan oleh para pelanggan yang sahih.
Hasilnya cukup efektif dan sesuai dengan segmen pasar yang disasar. Trafik data XL Axiata pada semester 1-2020 meningkat 45% yoy, dari 1.531 Petabyte menjadi 2.221 Petabyte. Sementara itu jika dihitung per kuartal, pada kuartal kedua 2020 ini, trafik data meningkat 22% dibandingkan kuartal sebelumnya.
XL Axiata juga berhasil mempertahankan jumlah pelanggannya. Per akhir kuartal kedua 2020, jumlah pelanggan meningkat tipis menjadi 55,67 juta dari 55,49 di kuartal sebelumnya. Tingkat penetrasi pengguna ponsel pintar mencapai 87% dari total pelanggan atau relatif stabil dibanding kuartal sebelumnya yang mencapai 86%.
Kemudian, rerata pendapatan per pengguna atau average revenue per user (ARPU) kuartal II-2020 ada di angka Rp 36.000 untuk prabayar dan Rp 111.000 untuk pascabayar. Sementara itu, ARPU campuran adalah sebesar Rp 37.000 dari sebelumnya Rp 36.000.
Pandemi Covid-19 juga tidak menghalangi XL Axiata untuk terus membangun jaringan. "Semua tetap berjalan sesuai dengan rencana, tidak ada penundaan yang berarti, dengan pengiriman peralatan dan material jaringan dikirimkan tepat waktu," ucap Dian.
Hingga akhir Juni 2020, XL Axiata tercatat memiliki total lebih dari 139 ribu base transceiver station (BTS) atau meningkat sekitar 10% secara yoy. Dari jumlah tersebut, sebanyak 49.744 merupakan BTS 4G. Sementara itu, jika dilihat dari luas cakupan wilayah, jaringan 4G milik XL Axiata telah melayani pelanggan di 456 kota/kabupaten di hampir semua provinsi yang ada di Indonesia.
Baca Juga: Kinerja XL Axiata (EXCL) diprediksi ciamik pada kuartal II-2020
Selain itu, untuk menyiapkan jaringan menuju 5G, XL Axiata juga terus melanjutkan proses fiberisasi jaringan. Hingga saat ini proses pembangunannya sudah mencapai 60% dari total target di tahun 2020.
Fiberisasi ini juga sekaligus mendukung peningkatan kualitas jaringan data di setiap area karena salah satu manfaat dari proses ini adalah kapasitas jaringan transport menjadi lebih besar. Menurut Dian, fiberisasi terbukti mampu meningkatkan kualitas jaringan untuk menopang sejumlah layanan data dengan kapasitas besar, seperti live video streaming.
Dari sisi kondisi finansial, neraca perusahaan tetap sehat dengan saldo kas yang lebih tinggi setelah mendapat tambahan dari hasil penjualan menara. Free Cash Flow (FCF) juga ada pada tingkat yang sehat, yakni sebesar Rp 2,76 triliun meski ada peningkatan capex untuk merealisasikan komitmen pembangunan jaringan.
XL Axiata saat ini juga tidak memiliki pinjaman dalam denominasi dollar Amerika Serikat, serta 45% di antaranya berbunga floating dengan masa jatuh tempo yang tidak bersamaan
Pada periode semester I-2020, XL Axiata juga berhasil mencatatkan kenaikan EBITDA sebesar 37% yoy menjadi Rp 6,49 triliun. Kemudian, laba bersih setelah pajak pada semester ini tercatat Rp 1,7 triliun.
Beban usaha pada semester I-2020 menurun 12% yoy. Penurunan ini bisa terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah beban biaya infrastruktur yang lebih rendah 23% yoy sebagai akibat dari adopsi IFRS 16.
Faktor selanjutnya adalah biaya interkoneksi dan biaya langsung lainnya juga menurun 21% yoy karena interkoneksi yang lebih rendah sebagai akibat dari penurunan lalu lintas suara. Penyebab terakhir adalah karena biaya pemasaran menurun 6% yoy sebagai akibat adanya pergeseran pengeluaran ke digital.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News