Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dunia jenis West Texas Intermediate (WTI) akhirnya berhasil menembus level US$ 70 per barel. Merujuk Bloomberg, pada pukul 18.25 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman Juli berada di level US$ 70,32 per barel. Level ini merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2018 silam.
Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf menjelaskan, kenaikan harga minyak didorong oleh pulihnya ekonomi di negara-negara besar, seperti AS, China dan Uni Eropa, maka harapan akan pemulihan permintaan bahan bakar juga meningkat. Selain itu, tingkat kedisiplinan anggota OPEC+ dalam pembatasan pasokan juga berhasil mengangkat harga dari level terendah tahun lalu.
“Sentimen lainnya adalah alotnya pembicaraan nuklir AS dengan Iran, yang meningkatkan perkiraan bahwa pasokan Iran tidak akan hadir ke pasar dalam waktu dekat. AS Juga mengatakan meski kesepakatan nuklir dengan Iran kembali tercapai, sanksi-sanksi AS terhadap Teheran akan tetap berlaku,” kata Alwi kepada Kontan.co.id, Rabu (7/6)
Senada, analis ANZ Research dalam sebuah catatan mengatakan, pembatasan perjalanan di Eropa yang dicabut seiring dengan semakin banyaknya orang yang mendapatkan vaksinasi telah menumbuhkan permintaan bahan bakar.
Baca Juga: Harga batubara melejit, China bakal kekang kenaikan harga
"Data lalu lintas terbaru menunjukkan para pelancong kembali ke jalan karena pembatasan yang dilonggarkan. Hal ini tercermin dari kemacetan lalu lintas di 15 kota Eropa telah mencapai level tertinggi sejak pandemi virus corona dimulai,” ," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan
Selain itu, Alwi juga menyebut, cadangan minyak AS terus menurun dalam dua minggu terakhir, yang mencerminkan kuatnya permintaan. American Petroleum Institute (API) melaporkan stok minyak mentah turun 2,1 juta barel di pekan yang berakhir pada 4 Juni.
Dalam jangka pendek, Alwi melihat data cadangan AS versi Energy Information Administration (EIA) akan jadi fokus. Data yang akan dirilis nanti malam diperkirakan cadangan minyak AS akan kembali turun 3,3 juta barel, setelah penurunan 5,1 juta barel pekan lalu.
Baca Juga: Harga minyak lanjutkan reli usai stok minyak AS turun dan permintaan di Eropa naik
“Angka yang lebih baik dari prediksi kemungkinan akan kembali mengangkat harga minyak. Target selanjutnya kemungkinan akan menguji resistance terdekatnya di US$ 70,70. Mungkin ada koreksi dulu setelah menyentuh US% 70,70, dengan support di US$ 67,16.” imbuh Alwi.
Menurut Alwi, selama support dapat bertahan, target selanjutnya ada di kisaran US$ 76,36 per barel.
Sementara analis pasar minyak di DNB Bank ASA Helge Andre Martinsen memproyeksikan ada potensi harga minyak mengalami overshoot atau bergerak tajam seiring OPEC+ yang dianggap terlalu konservatif dalam kebijakan pemangkasan.
“Dengan pembicaraan nuklir antara Iran dan AS yang masih alot, ada pergantian persepsi bahwa produksi Iran akan terhambat. Ditambah lagi, peningkatan data mobilitas lalu lintas juga akan berkontribusi pada kenaikan harga minyak ke depan,” pungkas Helge.
Baca Juga: Pasar hati-hati, harga emas naik tipis ke US$ 1.893 per ons troi pada pagi ini (9/6)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News