Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengelola Rumah Sakit Bunda, yakni PT Bundamedik Tbk (BMHS) menghadirkan inovasi robot surgery (bedah robotik). Layanan ini diklaim memiliki unggulan serta manfaat besar untuk pasien, dari mulai prosedur medis yang presisi, cepat, hingga proses penyembuhan yang cepat.
Untuk memperluas akses terhadap layanan ini, Bundamedik kini bekerja sama dengan berbagai perusahaan asuransi dan sejenisnya untuk mendukung skema pembiayaan pasien. Salah satu kerja sama yang dilakukan adalah dengan AdMedika sebagai Third Party Administrator (TPA) yang memberikan jaminan pelayanan administrasi klaim asuransi kesehatan.
Dr. Ivan Sini, SpOG selaku pelopor robotic surgery di Indonesia sekaligus Komisaris Utama BMHS memberikan perbandingan mengenai perbedaan bedah laparoskopi dan bedah robotik dalam melakukan tindakan histerektomi atau pembedahan angkat rahim, baik yang jinak hingga kanker. Sebagaimana diketahui, beberapa teknik bedah organ yang sudah dikenal selama ini antara lain adalah bedah secara terbuka, laparoskopi, hingga robotik.
Baca Juga: Simak Rencana Bisnis Bundamedik (BMHS) di Tahun 2022
Perbandingan antara bedah laparoskopi dan robotik dilakukan untuk melihat aspek keamanan maupun komplikasi yang ditimbulkan dari kedua teknik bedah tersebut. Selama ini, keamanan dan kemanjuran bedah robotik (RALH) dibandingkan dengan bedah laparoskopi konvensional (TLH) belum banyak dilakukan.
Oleh karena itu, sebuah studi kohort retrospektif dilakukan pada 39 pasien yang menjalankan teknik RALH dan 41 pasien yang menjalani TLH. "Hasilnya, RALH dinilai lebih aman dan layak untuk pengobatan kanker rahim dengan morbiditas rendah hingga kehilangan darah yang lebih sedikit dibandingkan TLH,” jelas dr. Ivan Sini dalam keterangan tertulisnya, Jumat (18/3).
Teknologi robotic surgery memungkinkan tindakan repetitif dalam suatu operasi dapat dilakukan dengan ketepatan yang maksimal sehingga minimalisir perdarahan serta rasa nyeri setelah operasi. Lewat robotic surgery ini, para ahli bedah dapat menyelesaikan berbagai prosedur rumit yang nampaknya sulit bahkan tidak mungkin dilakukan dengan metode lain.
Baca Juga: Bisnis Non Covid-19 Bundamedik (BMHS) Tumbuh di Tengah Pandemi
Sebagai pelopor bedah robotik di Indonesia sejak tahun 2012, robotic surgery dari BMHS hingga kini sudah menangani hampir 600 kasus mulai dari kasus kebidanan dan kandungan hingga kasus urologi untuk operasi pengangkatan prostat robotik. Layanan robotic surgery merupakan salah satu centre of excellences (CoE) di RSU Bunda Jakarta, dengan 16 dokter spesialis bersertifikasi robotic surgery.
Lebih lanjut, Ivan mengatakan, keberadaan robotic surgery, diharapkan mampu meningkatkan pengalaman medis yang lebih baik sehingga mereka tidak lagi merasa perlu melakukan perjalanan medis ke luar negeri (medical tourism). Bahkan, keberadaan teknologi tersebut diharapkan juga mampu menjadikan Indonesia sebagai pilihan destinasi medical tourism bagi masyarakat luar negeri.
Menurut dia, selama ini kecenderungan masyarakat Indonesia berobat ke luar negeri cukup tinggi. Tercatat, 2 juta orang melakukan medical tourism setiap tahunnya.
Baca Juga: Mencermati Prospek Saham Emiten Rumah Sakit di Tengah Gempuran Omicron
Ketua Konsultan Medis Medical Advisor Board AdMedika Prof. I. O. Marsis SpOG (K) meyakini, keberadaan medical tourism di masa depan nantinya akan mengubah paradigma terhadap sistem asuransi kesehatan.
"Saya berharap agar sistem high technology ini bisa membuka mata kita semua untuk membuat sistem asuransi masa depan yang lebih baik," ucap Prof. Marsis. Oleh sebab itu, kolaborasi kedua perusahaan bertujuan untuk menyiapkan perbaikan sistem pembiayaan kesehatan di masa mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News