Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
Head of Investor Relations IATA Natassha Yunita mengatakan, pihaknya saat ini sedang menyusun proyeksi jangka panjang dan prospektus untuk penerbitan obligasi.
“Detail terkait penerbitan obligasi nanti akan dimintakan untuk persetujuan pada RUPS dan akan disampaikan setelahnya,” katanya kepada Kontan, Kamis (11/5).
Pada kuartal I 2023, IATA telah memproduksi 953,1 ribu MT batubara, naik 11,5% YoY atau bertambah hampir 100.000 MT dibandingkan produksi kuartal I 2022.
Baca Juga: Terkerek Harga Batubara, Laba Bersih IATA Pada Kuartal III-2022 Melonjak 344,7%
Dari sisi penjualan, IATA telah memasarkan sebanyak 1,1 juta MT batu bara pada kuartal I 2023. Jumlah tersebut naik 35,3% YoY dibanding realisasi kuartal pertama 2022 yang berjumlah 823,5 ribu MT.
Pendapatan usaha IATA juga naik 29,29 YoY, dari semula US$ 40,39 juta di kuartal I 2022 menjadi US$ 52,23 juta di kuartal I 2023.
Namun, IATA mengantongi laba tahun berjalan setelah dampak performa yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 15,80 juta di kuartal I 2023. Jumlah tersebut susut 3,53% dibanding realisasi kuartal I 2022 yang mencapai US$ 16,38 juta.
Baca Juga: MNC Energy Investment (IATA) Bakal Genjot Produksi Batubara Sampai Akhir Tahun
Hal itu disebabkan oleh kenaikan pengeluaran pada sejumlah pos beban. Misalnya, beban penjualan yang naik 157,71% YoY, dari semula US$ 4,73 juta di kuartal I 2022 menjadi US$ 12,21 juta di kuartal I 2023.
Lalu, beban langsung IATA naik 60,99 YoY dari semula US$ 11,06 juta di kuartal I 2022 menjadi US$ 17,81 juta di kuartal I 2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News