kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   13.000   0,91%
  • USD/IDR 15.104   138,00   0,91%
  • IDX 7.792   -113,20   -1,43%
  • KOMPAS100 1.202   -5,49   -0,45%
  • LQ45 979   -0,48   -0,05%
  • ISSI 228   -1,46   -0,64%
  • IDX30 500   0,15   0,03%
  • IDXHIDIV20 603   1,65   0,27%
  • IDX80 137   -0,12   -0,09%
  • IDXV30 141   0,24   0,17%
  • IDXQ30 167   0,46   0,27%

Periode Pemangkasan Suku Bunga Kian Dekat, Dolar AS Berpotensi Melemah


Rabu, 31 Juli 2024 / 18:08 WIB
Periode Pemangkasan Suku Bunga Kian Dekat, Dolar AS Berpotensi Melemah
ILUSTRASI. Petugas menghitung mata uang asing dolar Amerika Serikat (US$) di konter jasa penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (20/6/2024).


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi melemah seiring periode pemangkasan suku bunga kian dekat. Sinyal dovish dari the Fed di pertemuan nanti malam dapat melemahkan prospek dolar AS.

Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin melihat, the Fed kemungkinan tidak mengubah level suku bunga di pertemuan malam ini, Rabu (31/7).

Akan tetapi, kalangan pasar akan menyoroti pernyataan Ketua Fed, Jerome Powell, soal pemangkasan yang akan dimulai September mendatang.

Baca Juga: Data inflasi AS Mengangkat Saham Global, Menurunkan Imbal Hasil Treasury

“Perihal pemangkasan suku bunga, menjadi hal yang kurang baik terhadap pergerakan mata uang terkait, dalam hal ini dolar. Dolar AS akan melemah seiring dengan makin dekatnya potensi pemangkasan tersebut terjadi,” jelas Nanang kepada Kontan.co.id, Rabu (31/7).

Terlebih lagi, lanjut Nanang, beberapa variabel pendukung tengah menjadi perhatian khusus, seperti data Non Farm Payroll (NFP) AS yang akan dirilis Jumat (2/8).

Data tenaga kerja AS itu diperkirakan akan berada di bawah 200.000, dan bila ini terjadi ataupun bertahan hingga data NFP September mendatang maka semakin kuatnya pemangkasan bunga Fed.

Tidak hanya NFP, data Unemployment Rate pun dinantikan pasar. Apalagi, perlahan angka tingkat pengangguran AS makin naik di atas 4,1% yang menandakan perlambatan atau jumlah lowongan pekerjaan yang menyusut.

Baca Juga: Pemotongan Suku Bunga Bank Sentral Tiongkok, Dorongan Baru untuk Ekonomi

Nanang bilang, investor juga akan memastikan angka inflasi AS, apakah semakin dekati target di bawah 3.0%, dimana target utama 2,0%. Sehingga, dolar  AS akan terus mengalami pelemahan yang terancam kembali menguji area 100.70, dan harus melewati beberapa titik support lainnya di 103.17 dan 102.25.

“Pasar akan terfokus soal suku bunga karena suku bunga terus menopang penguatan dolar AS. Dengan semakin dekat tenggat waktu pemangkasan bunga, maka pasar melakukan antisipasi dan reaksi terhadap kebijakan tersebut dengan cara melepas dolar,” ujar Nanang.

Antisipasi investor ini pun telah terlihat dengan penguatan berbagai mata uang rival dolar AS. Japanese Yen (JPY) sendiri terus menguat dan mendekati 150.00 per dolar, terlebih lagi didukung kebijakan Bank of Japan (BoJ) yang mengerek suku bunga menjadi 0,25%.

Nanang memandang, USDJPY bahkan tidak menutup kemungkinan bisa berada di bawah level 145, jika the fed sudah memangkas suku bunga acuannya.

Baca Juga: Inflasi AS Stabil, IMF Sebut The Fed Sudah Siap Memangkas Suku Bunga Acuan Tahun Ini

Sementara itu, Poundsterling (GBP) masih mendapat sokongan dari inflasi dan beberapa fundamental ekonomi yang baik. Namun ruang pemangkasan yang akan terjadi besok dapat menahan laju mata uang inggris tersebut.

“Secara jangka menengah hingga akhir tahun, ada ruang kenaikan poundsterling untuk kembali membuka zona range atas baru US$1.3000,” sebut Nanang.

Tak hanya mata uang rival dolar AS, Nanang menilai, rupiah (IDR) juga dapat diuntungkan kalau suku bunga dipangkas berpotensi melemahkan dolar. Aliran modal asing diperkirakan bakal lebih deras, apalagi jelang kepemimpinan pemerintahan baru.

Baca Juga: The Fed Tidak Akan Tunggu Inflasi Turun Jadi 2% untuk Pangkas Suku Bunga

Menurut Nanang, arah kebijakan moneter dan fiskal dari pemerintah yang baru bisa menopang kinerja rupiah untuk bisa kembali bergerak di bawah Rp 16.000 per dolar AS. USDIDR berpeluang menguat dan berada dalam rentang Rp 15.700 - Rp 15.900 per dolar AS.

“Penguatan rupiah dampak dari pelemahan dolar dan kebijakan pelonggaran The Fed. Dengan tidak mengesampikan pasca-pemilu Amerika yang nantinya bisa pengaruhi kebijakan luar negeri pimpinan Paman Sam yang baru nanti,” pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×