kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.042.000   -2.000   -0,10%
  • USD/IDR 16.458   4,00   0,02%
  • IDX 7.867   -18,52   -0,23%
  • KOMPAS100 1.102   -2,88   -0,26%
  • LQ45 800   1,11   0,14%
  • ISSI 269   -0,86   -0,32%
  • IDX30 415   0,50   0,12%
  • IDXHIDIV20 482   1,02   0,21%
  • IDX80 121   -0,09   -0,07%
  • IDXV30 132   -1,13   -0,85%
  • IDXQ30 134   0,17   0,13%

Peringkat Adopsi Kripto Indonesia Turun, Industri Perlu Lebih Sering Garap Ekosistem


Jumat, 05 September 2025 / 11:39 WIB
Peringkat Adopsi Kripto Indonesia Turun, Industri Perlu Lebih Sering Garap Ekosistem
ILUSTRASI. Representations of cryptocurrency bitcoin are seen in this illustration picture created in Paris, France, March 9, 2024. REUTERS/Benoit Tessier/Illustration


Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laporan Chainalysis Global Crypto Adoption Index 2025 pada Selasa (2/9), menempatkan Indonesia di posisi ke-7 dunia untuk adopsi kripto berbasis akar rumput (grassroots adoption). Pencapaian ini menurun dibanding tahun lalu, saat Indonesia berhasil menembus lima besar.

Di lima besar, India memimpin, menyusul  Amerika Serikat (AS), Pakistan dan Vietnam. Sementara itu, Brasil dan Nigeria berada sedikit di atas Indonesia. Kondisi ini menandakan bahwa persaingan adopsi kripto antarnegara semakin ketat, khususnya di kawasan Asia-Pasifik

Indonesia memang masih kuat di sektor ritel, tetapi perubahan metodologi dalam laporan tahun ini memberi pengaruh besar pada peringkat.

Chainalysis 2025 menambahkan sub-indeks aktivitas institusional, yakni transaksi bernilai lebih dari US$ 1 juta. Walhasil, negara ekosistem keuangan mapan, seperti AS India, dan Brasil, mendapat keuntungan besar karena partisipasi institusi mereka tinggi, termasuk lewat produk ETF Bitcoin spot.

Sebaliknya, sub-indeks DeFi ritel yang sebelumnya menjadi keunggulan Indonesia justru dihapus. Menurut Chainalysis, DeFi dianggap sebagai aktivitas “niche” yang tidak mewakili adopsi akar rumput secara umum.

Di sisi lain, platform kripto Indonesia juga berupaya mengembangkan ekosistem. Upbit Indonesia misalnya memadukan edukasi tren Web3, fenomena yapping dan SocialFi, serta sportainment.

Yapping adalah meramaikan materi terkait kripto dengan  aktivitas percakapan di media sosial seperti Twitter/X, Telegram, atau Discord. Ini menjadi faktor penting dalam membangun eksposur dan keberlangsungan proyek kripto.

Baca Juga: Kejahatan Kripto Capai US$163 Juta pada Agustus 2025, Hacker Ganti Strategi

Sementara SocialFi sebagai model baru yang memungkinkan interaksi sosial dimonetisasi langsung melalui token atau NFT. Menjadikan komunitas bukan hanya pengguna, tetapi juga pemilik dari platform yang mereka dukung. Keduanya dipandang saling terkait: semakin ramai yapping, semakin tinggi pula nilai yang dapat tercipta di dalam ekosistem SocialFi.

"Melalui diskusi maupun aktivitas sportainment, kami ingin menunjukkan, Web3 bukan hanya soal teknologi, juga tentang membangun koneksi yang kuat dan kolaborasi yang berkelanjutan," ujar Resna Raniadi, Chief Operating Officer Upbit Indonesia, dalam rilis ke Kontan.co.id, Kamis (4/9). 

Menurut dia, pemahaman yang lebih baik tentang tren Web3, seperti Yapping dan SocialFi, akan membantu investor dan komunitas untuk lebih siap menghadapi perkembangan di dunia digital. "Edukasi adalah kunci agar ekosistem kripto bisa tumbuh sehat dan berkelanjutan,” jelas Resna.

Selanjutnya: Ini Ciri ciri Asam Urat pada Orang Dewasa Berikut, Mulai dari Nyeri hingga Demam

Menarik Dibaca: Ini Ciri ciri Asam Urat pada Orang Dewasa Berikut, Mulai dari Nyeri hingga Demam

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
BOOST YOUR DIGITAL STRATEGY: Maksimalkan AI & Google Ads untuk Bisnis Anda! Business Contract Drafting

[X]
×