Reporter: Harry Febrian | Editor: Rizki Caturini
Rupiah pekan ini bergerak cukup fluktuatif. Merujuk data kurs tengah Bank Indonesia (BI), pairing USD/IDR membuka pekan di level 9.401. Namun, otot garuda kembali melemah di akhir pekan dengan turun di level Rp 9.403. Jika dihitung dalam sepekan, rupiah tetap menguat 0,81%. Di pasar spot, pasangan USD/IDR kemarin, menguat 0,25% menjadi 9.405.
Head of Research Divisi Treasuri BNI, Nurul Eti Nurbaeti, melihat, pergerakan rupiah pada pekan ini cenderung melemah. "Ini karena sejumlah bank sentral global memutuskan memangkas suku bunga," kata Nurul.
Akibatnya, permintaan high yield currency menjadi berkurang karena pelaku pasar menjadi tidak tertarik. Dus, dollar AS kembali menjadi incaran dan rupiah menjadi tertekan.
Hal ini juga menutup sentimen positif dari dalam negeri yang sempat terjadi di awal pekan, ketika lelang Surat Utang Negara (SUN) oversubscribe dari target Rp 6 triliun menjadi lebih dari Rp 16 triliun.
Untuk pekan depan, selain faktor eksternal, fokus pelaku pasar valas akan tertuju pada Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) pada 12 Juli yang akan menentukan tingkat suku bunga. "Nampaknya BI masih akan tetap menahan tingkat suku bunga yang ada sekarang," ujar Nurul.
Analis Monex Investindo Futures, Albertus Christian, juga menilai, pergerakan rupiah pekan ini belum terlalu menggembirakan. Salah satu indikatornya terlihat dari dana asing yang masuk tampak belum terlalu banyak. "Selain itu, perlambatan ekonomi China juga telah membuat ekspor turun," katanya.
Meski begitu, ia menilai pekan depan rupiah berpeluang menuju arah positif. "Kebijakan moneter China dengan memangkas suku bunga acauan dari 6,31% jadi 6% menurut saya cukup solid untuk antisipasi pelambatan ekonomi," kata Albertus.
Sepekan kedepan, Albertus memperkirakan pergerakan pairing USD/IDR akan berada direntang Rp 9.335- Rp 9.450. Nurul memprediksi, pasangan USD/IDR pekan depan akan bergerak pada kisaran Rp 9.325 hingga Rp 9.475.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News