kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pergerakan indeks dolar menunggu hasil pemilihan presiden AS


Senin, 26 Oktober 2020 / 19:37 WIB
Pergerakan indeks dolar menunggu hasil pemilihan presiden AS
ILUSTRASI. Dolar AS kemungkinan masih berkonsolidasi dalam rentang harga 91,71-94,77.


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepekan terakhir jelang pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS), pergerakan indeks dolar diperkirakan masih berkonsolidasi di tengah ketidakpastian terkait siapa yang bakal menjadi pemimpin Negeri Paman Sam tersebut. Segala kemungkinan bagi indeks dolar juga bisa terjadi, bergantung siapa yang bakal terpilih.

Presiden Direktur HFX International Sutopo Widodo mengungkapkan, Wall Street awal pekan (26/10) dibuka melemah, dilihat dari futures pada tiga indeks acuan di awal perdagangan. Ini merupakan perdagangan minggu terakhir jelang pemilihan presiden AS. "Investor mungkin mengambil profit sambil menunggu dan melihat perkembangan minggu terakhir ini," ungkap Sutopo kepada Kontan.co.id, Senin (26/10).

Terkait indeks dolar yang cenderung tertekan dalam beberapa waktu terakhir, Sutopo menilai, sentimen pasar tidak hanya berfokus pada pemilu, siapapun yang menang akan mengerjakan tugas yang berat dari dampak virus. Apalagi, AS mencatat rekor lonjakan infeksi Covid-19 akhir pekan lalu.

Sementara itu, Kepala staf Gedung Putih Mark Meadows kemarin mengatakan bahwa negara tidak akan bisa mengendalikan pandemi virus corona. Adapun S&P 500 futures turun 0,66%, Nasdaq berjangka turun 0,45%, dan Dow berjangka turun 0,68%.

Baca Juga: Dolar AS berpotensi tertekan siapapun presiden yang terpilih

Sepekan sebelum hari pemilihan, kandidat dari Partai Demokrat Joe Biden masih unggul cukup besar dibandingkan Presiden Donald Trump dalam jajak pendapat, meskipun selisihnya telah mengecil. "Jika Biden menang, disinyalir dolar akan menguat, karena Biden lebih ramah terhadap kebijakan moneter. Jika Trump yang menang, diprediksi dolar AS akan melemah, karena Trump menyukai dolar yang lemah untuk mendongkrak produksi dan ekspor," ujar dia.

Meskipun begitu, Sutopo memandang situasi ekonomi masih cukup berat di sebagian negara maju. Untuk itu, kemungkinan fokus utama pemerintah AS dan Federal Reserve adalah mengupayakan ekonomi tidak terpuruk lebih dalam alih-alih melihat data ekonomi yang belum ada kejelasan.

Akhir pekan ini, Apple, Amazon, Alphabet, Facebook, dan Boeing akan merilis laporan pendapatan kuartal ketiga. Sementara AS akan merilis data PDB untuk kuartal ketiga. Diperkirakan data PDB AS melonjak lebih dari 31% pada kuartal ketiga, ditopang oleh belanja konsumen yang meningkat.

Baca Juga: Rupiah berpotensi melanjutkan tren positif pada perdagangan esok

Ke depan, dolar AS masih mencoba memulihkan kerugian yang terjadi pekan lalu. Saat ini Indeks dolar naik 0,18% menjadi 92,93. Menurut Sutopo, the greenback bullish karena situasi hati-hati dari investor di tengah melonjaknya kasus Covid-19 dan tidak ada kemajuan dalam negosiasi stimulus. 

Untuk itu, dolar AS kemungkinan masih berkonsolidasi dalam rentang harga rendah 91,71 dan harga tinggi 94,77 dalam sepekan ke depan. "Terlihat belum ada upaya maupun pergerakan berarti, hingga pemilu selesai. Sebaiknya investor melihat kondisi dan perkembangan hingga selesai pemilu, karena pemilu ini mengandung resiko pada kekacauan politik," tandas dia.

Baca Juga: IHSG berpotensi menguat lagi pada Selasa (27/10), cermati saham-saham berikut

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×