Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Jika performa harga komoditas logam industri lainnya gemilang sepanjang tahun 2016 ini, harga nikel justru berbeda.
Mengutip Bloomberg, Jumat (3/6) harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange naik tipis 0,29% ke level US$ 8.495 per metrik ton dibanding hari sebelumnya namun masih menukik 3,68% sejak awal 2016 kemarin.
Andri Hardianto, Research and Analyst PT Asia Tradepoint Futures menjelaskan penurunan harga terjadi karena lemahnya konsumsi nikel secara global sehingga tidak bisa menyerap pasokan yang ada.
Hal ini sejalan dengan prediksi yang dirilis Februari 2016 lalu bahwa akan terjadi surplus produksi sebesar 90.000 metrik ton di tahun 2016. “Ditambah lagi Filipina kini muncul sebagai salah satu negara produsen terbesar nikel,” kata Andri.
Tekanan fundamental ini juga yang kemudian membuat harga nikel merosot ke titik terendahnya sejak Desember 2002 silam di US$ 7.595 per metrik ton pada 11 Februari 2016 lalu.
Sejak itu posisi nikel memang terus tertekan. Apalagi memasuki bulan Mei 2016, isu peluang kenaikan suku bunga The Fed semakin panas. Ini turut menambah panjang beban harga nikel.
“Jadi secara fundamental permintaan dan penawaran ditambah tekanan eksternal seperti dollar AS, nikel memang tertekan,” jelas Andri.