Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Harga nikel tumbang dari level tertinggi lima bulan. Pasar logam industri merespons negatif data manufaktur sejumlah negara.
Mengutip Bloomberg, Rabu (4/5) pukul 13.15 WIB, harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange tergerus 0,26% ke level US$ 9.495 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Namun, dalam sepekan terakhir, nikel masih naik 3,2%.
Pada Selasa (3/5), harga nikel sempat menyentuh level tertinggi sejak November 2015 yaitu di US$ 9.520 per metrik ton. Harga nikel masih bertenaga meski data manufaktur China mengecewakan.
International Nickel Study Group menyatakan, produksi nikel dunia turun menjadi 1,913 juta metrik ton tahun ini dibanding tahun lalu sebesar 1,983 juta metrik ton. Sementara penggunaan diperkirakan naik menjadi 1,962 juta metrik ton dari tahun 2015 sebesar 1,89 juta metrik ton.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan, penyusutan cadangan nikel mengangkat harga nikel. Apalagi, berhembus isu jika China akan kembali menambah stimulus ekonomi setelah data Caixin Manufacturing PMI bulan April turun ke level 49,4 dari sebelumnya 49,7.
Namun, sentimen positif ini tidak bertahan lama. Ibrahim melihat harga nikel akan kembali melemah dalam sepekan ke depan di tengah pengaruh sentimen negatif data manufaktur sejumlah negara. Tidak hanya China, indeks manufaktur Inggris juga turun ke level 49,2 dari sebelumnya 50,7, dan ISM manufacturing PMI AS melemah di angka 50,8 dari sebelumnya 51,8.
Lalu pada akhir pekan ini, Amerika Serikat (AS) juga merilis data tenaga kerja yang berpeluang mengangkat pergerakan dollar AS. Ini bisa semakin menyeret harga nikel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News