kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perang dagang memoles keperkasaan dollar AS


Senin, 06 Agustus 2018 / 07:18 WIB
Perang dagang memoles keperkasaan dollar AS
ILUSTRASI. Berbagai mata uang dunia


Reporter: Danielisa Putriadita, Michelle Clysia Sabandar | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat dan China membuat aset lindung nilai seperti the greenback diburu. Alhasil, dollar AS unggul di hadapan mata uang utama lainnya.

Jumat (3/8), pasangan EUR/USD melemah 0,15% ke level 1,1568. Serupa, GBP/USD juga terkoreksi 0,12% menjadi 1,3001. Ini juga jadi level terendah pasangan ini sejak September 2017 lalu. Sementara, pairing USD/JPY terkikis 0,36% ke posisi 111,25.

Memang di akhir pekan lalu, perang dagang kembali membara. Mulanya datang dari pernyataan Presiden AS Donald Trump yang berniat menaikkan tarif impor menjadi 25% terhadap US$ 200 miliar produk asal Negeri Tirai Bambu. Awalnya, tarif impor yang dikenakan pada produk-produk tersebut hanya 10%.

Pemerintah China akhirnya membalas dengan mengumumkan akan memberlakukan hal serupa pada produk impor asal Negeri Paman Sam. Kebijakan balas dendam ini berupa kenaikan tarif impor antara 5%-25% pada 5.207 jenis barang impor AS.

Analis Rifan Financindo Berjangka Puja Purbaya Sakti mengatakan, perang dagang memang memicu penguatan dollar AS. "Muncul ketidakpastian yang dianggap cukup membebani mata uang lainnya," jelas dia.

Sementara dari kawasan Eropa, belum ada katalis positif yang mampu mengalahkan dollar AS. Terlebih lagi, European Central Bank (ECB) masih mempertahankan stimulus, guna mengerek inflasi di tanah Eropa.

Hal serupa juga terjadi di daratan Inggris. Keputusan Bank of England (BoE) mempertahankan suku bunga ternyata disikapi pasar secara negatif. Laju poundsterling makin berat karena indeks PMI sektor manufaktur periode Juli turun ke level 54, lebih rendah dari proyeksi analis yang ada di 54,2.

Sampai akhir pekan lalu, dollar AS cuma melemah terhadap JPY. Ini terjadi di tengah konsolidasi USD/JPY. Mengingat yen selama ini selalu tertinggal dari USD.

Belakangan, posisi yen sebagai aset safe haven tertinggal dari dollar AS. Ini akibat langkah Bank of Japan (BoJ) yang tetap mempertahankan kebijakannya super longgar.

Namun, beberapa data ekonomi AS yang dirilis Jumat (3/8) lalu di bawah ekspektasi, sehingga membawa angin segar bagi yen. Salah satunya data penyerapan pekerja swasta di luar sektor pertanian Juli 2018. Jumlahnya cuma 157.000, di bawah ekspektasi.

Analis Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra menambahkan, indeks PMI non manufaktur juga turun dan membuat dollar AS tergelincir. "Bulan depan juga ada pembahasan anggaran di AS yang diprediksi alot dan ini memberi peluang bagi yen menguat," jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×