kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.621.000   -3.000   -0,18%
  • USD/IDR 16.439   -134,00   -0,82%
  • IDX 7.030   -79,14   -1,11%
  • KOMPAS100 1.029   -15,21   -1,46%
  • LQ45 811   -12,07   -1,47%
  • ISSI 210   -1,76   -0,83%
  • IDX30 421   -5,12   -1,20%
  • IDXHIDIV20 507   -5,69   -1,11%
  • IDX80 117   -2,09   -1,76%
  • IDXV30 121   -1,30   -1,06%
  • IDXQ30 139   -1,68   -1,20%

Perang Dagang Jadi Pemicu Rupiah Tembus Rp 16.400 Per Dolar AS, Senin (3/2)


Senin, 03 Februari 2025 / 19:06 WIB
Perang Dagang Jadi Pemicu Rupiah Tembus Rp 16.400 Per Dolar AS, Senin (3/2)
ILUSTRASI. Koreksi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dilatarbelakangi kekhawatiran yang meningkat usai Presiden AS Donald Trump memulai perang dagang.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kurs rupiah terkoreksi hingga menembus level atas Rp 16.400 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin (3/2). Koreksi nilai tukar rupiah dilatarbelakangi kekhawatiran meningkat usai Donald Trump memulai perang dagang.

Mengutip Bloomberg, Senin (3/2), rupiah spot ditutup melemah 0,87% secara harian ke level Rp 16.448 per dolar Amerika Serikat (AS). Posisi tersebut merupakan level terburuk sejak akhir Juni 2024.

Sementara itu, rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) ditutup melemah 0,86% secara harian ke level Rp 16.453 per dolar AS. Posisi rupiah Jisdor ini paling buruk sejak 21 Juni 2024, di mana rupiah berada di level Rp 16.458 per dolar AS.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mencermati, pelemahan rupiah akibat sentimen ketidakpastian global yang meningkat. Afirmasi pemberlakuan tarif AS oleh Donald Trump kepada Kanada, Meksiko, serta Tiongkok telah menekan pasar.

Baca Juga: Imbas Rupiah Mendadak Jadi Rp 8.170 per Dolar AS, Ini Kata Pluang

Kondisi semakin parah usai adanya pernyataan retaliasi dari ketiga negara tersebut terhadap tarif AS. Sentimen ketidakpastian pun kembali meningkat karena Trump mengafirmasi target selanjutnya dari kebijakan tarif adalah kepada Uni Eropa.

‘’Sebagian besar mata uang Asia melemah terhadap Dolar AS pasca peningkatan ketegangan perang dagang, termasuk dengan Rupiah,’’ kata Josua kepada Kontan.co.id, Senin (3/2).

Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi menjelaskan Kanada telah merespons dengan cepat dengan menerapkan tarif balasan sebesar 25% terhadap impor AS. Sementara itu, Tiongkok mengkritik keras kebijakan tersebut, meskipun masih membuka jalan untuk berdialog dengan AS agar konflik ini tidak semakin memburuk.

Trump memukul Tiongkok dengan tarif impor 10%, sebuah pertanda buruk bagi ekonomi China yang sangat bergantung pada ekspor. Namun Tiongkok telah memangkas paparan perdagangannya ke AS dalam beberapa tahun terakhir.

Selain faktor perang tarif, Ibrahim menyoroti, kuatnya dolar AS didukung data indeks harga PCE sebagai pengukur inflasi pilihan the Fed yang naik sesuai perkiraan di hari Jumat (31/1). Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) inti AS, yang tidak memasukkan sektor makanan dan energi, tercatat naik 0,2% dibandingkan November dan tumbuh 2,8% dibandingkan tahun sebelumnya.

‘’Angka inflasi PCE AS tersebut naik lebih jauh di atas target tahunan Fed sebesar 2%, dan juga memperhitungkan ekspektasi bahwa suku bunga AS akan tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama,’’ ungkap Ibrahim dalam risetnya, Senin (3/2).

Dari domestik, Ibrahim menilai, ketegangan perang dagang juga menjadi perhatian pemerintah dan Bank Indonesia (BI), mengingat perekonomian sangat bergantung pada perdagangan internasional. Oleh karena itu, penting untuk memahami dampak kebijakan tarif AS terhadap perekonomian, terutama dalam menghadapi potensi lonjakan inflasi.

Baca Juga: Kebijakan Tarif Trump Tekan Mata Uang Emerging Market, Bagaimana Nasib Rupiah?

Perang dagang yang terjadi dapat mempersulit Indonesia untuk melakukan ekspor. Sebab ketika perang dagang terjadi, negara yang terdampak tarif akan mengurangi produksi yang akhirnya turut berdampak ke Indonesia selaku eksportir bahan baku.

Josua sepakat ketidakpastian terkait perang dagang masih berpotensi membayangi kondisi pasar. Dengan demikian, rupiah diperkirakan masih melanjutkan tren pelemahannya.

Josua memperkirakan, rupiah kemungkinan melemah di kisaran Rp 16.400 – Rp 16.525 per dolar AS di perdagangan Selasa (4/2). Sedangkan, Ibrahim memproyeksi, rupiah melemah di kisaran Rp 16.430 – Rp 16.500 per dolar AS.

Selanjutnya: 7 Rekomendasi Tren Eksterior Rumah Tahun 2025 yang Harus Dicoba ya Moms!

Menarik Dibaca: 7 Rekomendasi Tren Eksterior Rumah Tahun 2025 yang Harus Dicoba ya Moms!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×