kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.946.000   19.000   0,99%
  • USD/IDR 16.328   0,00   0,00%
  • IDX 7.423   24,79   0,34%
  • KOMPAS100 1.044   -0,59   -0,06%
  • LQ45 790   0,72   0,09%
  • ISSI 248   -0,31   -0,13%
  • IDX30 410   1,00   0,25%
  • IDXHIDIV20 469   2,89   0,62%
  • IDX80 118   -0,06   -0,05%
  • IDXV30 119   0,06   0,05%
  • IDXQ30 130   0,33   0,26%

Penyerapan Dana IPO Rendah Jadi Sentimen Negatif bagi Pelaku Pasar


Selasa, 22 Juli 2025 / 06:45 WIB
Penyerapan Dana IPO Rendah Jadi Sentimen Negatif bagi Pelaku Pasar
ILUSTRASI. Sejumlah emiten telah merilis laporan penggunaan dana hasil penawaran umum saham perdana (IPO) hingga akhir Semester I-2025.


Reporter: Rashif Usman | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten telah merilis laporan penggunaan dana hasil penawaran umum saham perdana atawa Initial Public Offering (IPO) hingga akhir semester I-2025. 

Laporan ini memberikan gambaran sejauh mana emiten telah memanfaatkan dana yang dihimpun dari pasar modal untuk ekspansi bisnis atau tujuan lainnya sesuai dengan prospektus. 

Namun, realisasi pemakaian dana IPO tersebut belum merata. Ada emiten yang telah menyerap dana secara signifikan, tetapi tidak sedikit pula yang masih terlihat konservatif. 

Berdasarkan riset Kontan, sejumlah emiten yang melantai di Bursa pada tahun 2025 tercatat masih minim dalam merealisasikan dana hasil penawaran umum perdana saham (IPO). 

PT Fore Kopi Indonesia Tbk (FORE) misalnya baru melaporkan penggunaan dana IPO sebesar Rp 2,05 miliar per semester I-2025. Emiten yang melantai pada April 2025 lalu itu baru menggunakan dana sekitar 0,61% dari total dana IPO yang berhasil dihimpun sebesar Rp 337,19 miliar.

Baca Juga: Saham Taipan Prajogo Pangestu (CDIA) Cetak ARA, Harga Melonjak 374,61% Sejak IPO

Sebelumnya, Direktur Utama Kopi Fore Indonesia Vico Lomar mengatakan semua dana dari hasil IPO rencananya akan digunakan FORE untuk menambah gerai Fore Coffee dan Fore Donut. 

“Dimana 80% dari anggaran capex Rp 220 miliar akan difokuskan untuk memperluas ekspansi, baik Fore Coffee, Fore Donut dan ekspansi outlet di Singapura,” jelas Vico dalam paparan publik, beberapa waktu lalu.

Sementara itu, PT Hero Global Investment Tbk (HGII) tercatat baru merealisasikan dana IPO sebesar Rp 73,25 miliar, atau hanya sekitar 0,02% dari total dana emisi yang mencapai Rp 254,22 miliar. 

Hal serupa juga terjadi pada PT Kentanix Supra International Tbk (KSIX) yang baru menggunakan dana sebesar Rp 8,83 miliar atau sekitar 6,26% dari total nilai emisi sebesar Rp 141,08 miliar.

Lalu, ada PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) yang telah menyerap dana Rp 4,66 triliun atau 53,1% dari dana IPO sebesar Rp 8,77 triliun.

Namun, ada beberapa emiten lainnya telah menyerap 100% dana IPO seperti PT Delta Giri Wacana Tbk (DGWG) dan PT Petrindo Jaya Kreasi (CUAN).

Penyerapan IPO Mini Jadi Sentimen Negatif

Analis MNC Sekuritas PIK Hijjah Marhama menilai rendahnya tingkat penyerapan dana hasil IPO dapat memunculkan sentimen negatif di pasar, karena esensinya perusahaan melangsungkan IPO ialah untuk memperoleh tambahan modal guna mendukung rencana ekspansi bisnis.

"Ini juga bisa mempengaruhi growth perusahaan sendiri karena di luar strategi dan tidak optimal dalam memanfaatkan dana yang telah di himpun," kata Hijjah kepada Kontan, Senin (21/7).

Baca Juga: Usai IPO, Harga 2 Saham Ini Terus Naik Ratusan Persen, Apakah Masih Layak Beli?

Senada, Senior Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai rendahnya penyerapan dana IPO bisa menimbulkan sentimen negatif karena menunjukkan lambatnya realisasi rencana perusahaan. 

"Sebaliknya, tingkat penyerapan yang tinggi menjadi sinyal positif atas komitmen emiten dalam menjalankan ekspansi bisnisnya," ucap Sukarno kepada Kontan, Jumat (18/7).

Sementara, Analis Korean Investment and Sekuritas Indonesia Muhammad Wafi berpendapat rendahnya penyerapan dana IPO bisa berdampak positif dan negatif, tergantung pada alasan di baliknya. 

Jika tidak disertai justifikasi yang jelas, hal tersebut dapat memicu ketidakpercayaan dari investor serta menurunkan ekspektasi terhadap pertumbuhan emiten, sehingga menimbulkan sentimen negatif. 

"Tapi, jika alasannya tepat misal karena situasi yang berubah dan membuat emiten harus lebih hati-hati dalam ekspansi, ini bisa jadi alasan yang dimaklumi investor," tambah Wafi kepada Kontan, Jumat (18/7).

 

Hijjah menyarankan para investor agar tidak sekadar melihat besaran angka dalam penyerapan dana IPO, tetapi juga menjadikannya sebagai indikator kredibilitas serta gambaran arah strategis perusahaan ke depan.

Secara khusus, Hijah bilang meski serapan dana IPO FORE belum maksimal, tapi setelah IPO perusahaan banyak menyampaikan beberapa strategi ekspansi yang cukup agresif dimana rencana pembukaan 70 outlet dengan target pertumbuhan lama di level 70%-80%.

Baca Juga: Baru IPO, Saham Pancaran Samudera Transport (PSAT) Sudah Dipantau Bursa

Sedangkan Sukarno menegaskan investor sebaiknya fokus pada emiten dengan serapan tinggi dan proyek yang jelas, serta berhati-hati terhadap emiten dengan serapan rendah yang minim transparansi.

Hijjah merekomendasikan untuk memperhatikan saham PGEO dalam jangka pendek karena berpotensi menguat hingga Rp 1.950 per saham. Sementara itu, untuk jangka menengah hingga panjang, target fundamental saham ini diproyeksikan berada di kisaran Rp 2.350 per saham.

Sukarno merekomendasikan buy untuk saham PGEO dengan target harga Rp 2.200 per saham. Untuk strategi jangka pendek, ia menyarankan buy on breakout di level Rp 1.680, atau menunggu peluang buy on weakness (BoW) apabila saham belum kembali menguji level tersebut.

Selanjutnya: Metland (MTLA) Kembangkan Kawasan Komersial di Cibitung, Buka Platinum Cineplex

Menarik Dibaca: HP Samsung Terbaru Galaxy Z Flip 7 Menyematkan Fitur Quick Capture dan FlexCam

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×