kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.759.000   14.000   0,80%
  • USD/IDR 16.529   -99,00   -0,60%
  • IDX 6.300   76,51   1,23%
  • KOMPAS100 902   5,66   0,63%
  • LQ45 711   1,68   0,24%
  • ISSI 198   3,59   1,85%
  • IDX30 372   1,24   0,33%
  • IDXHIDIV20 446   2,22   0,50%
  • IDX80 103   0,21   0,21%
  • IDXV30 108   0,55   0,51%
  • IDXQ30 122   0,47   0,39%

Penyebab IHSG Longsor pada Selasa (18/3), dari Kacamata Sejumlah Analis Asing


Rabu, 19 Maret 2025 / 08:46 WIB
Penyebab IHSG Longsor pada Selasa (18/3), dari Kacamata Sejumlah Analis Asing
ILUSTRASI. Layar perdagangan saham Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta (18/3/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat rontok 395.86 poin atau melemah 6,12% ke level 6.076 pada penutupan sesi I, setelah BEI juga sempat membekukan perdagangan sejak IHSG melemah 5% pada pukul 11.19 WIB. Direktur Utama BEI Iman Rachman menyatakan, IHSG anjlok karena sentimen global, termasuk kebijakan Presiden AS Donald Trump. (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)


Sumber: Reuters,Bloomberg | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham Indonesia tengah bearish. Selasa (18/3), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 3,84% ke level 6.223,38.

IHSG sempat longsor hingga lebih dari 5% dan Bursa Efek Indonesia (BEI) memberlakukan trading halt.

HSG memasuki wilayah bearish sejak 28 Februari 2025, turun lebih dari 20% dari puncak rekornya pada 19 September 2024.

"Penurunan tajam hari ini terasa lebih seperti pelepasan posisi dan likuidasi paksa, terutama bagi mereka yang berdagang dengan margin, daripada perubahan fundamental," kata Mohit Mirpuri, seorang manajer dana di SGMC Capital yang berbasis di Singapura seperti dilansir Reuters, Selasa (18/3).

Baca Juga: IHSG Longsor Lebih dari 5%, BEI Bekukan Perdagangan

Aksi jual tersebut menggarisbawahi meningkatnya kekhawatiran investor tentang rencana belanja pemerintah Indonesia dan prospek ekonomi Indonesia karena investor asing keluar dari pasar saham.

Penurunan hampir 30% dalam pendapatan pemerintah Indonesia pada bulan Januari, karena Presiden Prabowo Subianto menerapkan rencana belanja besar, telah menimbulkan kekhawatiran tentang keberlanjutan fiskal dan potensi lonjakan pinjaman.

Fokus investor sekarang akan tertuju pada keputusan kebijakan dari Bank Indonesia (BI) pada Rabu (19/3), ketika bank sentral secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap, memprioritaskan stabilitas mata uang.

Rupiah melemah 2% terhadap dolar AS tahun ini meskipun ada intervensi bank sentral.

"Data deflasi baru-baru ini menimbulkan kekhawatiran pada kisah pertumbuhan konsumsi. Pertemuan BI besok dapat memberikan dorongan taktis jika terjadi penurunan suku bunga, tetapi gambaran yang lebih besar tetap merupakan salah satu posisi selektif daripada pemulihan yang luas," kata Mirpuri.

Baca Juga: Trading Halt Dicabut, IHSG Makin Ambles

Sementara Bloomberg melaporkan, para trader mengatakan aksi jual tersebut tidak didorong oleh satu katalis tunggal. Melainkan kombinasi berbagai faktor termasuk kekhawatiran atas langkah-langkah populis Presiden Prabowo Subianto, dan ketidakpastian atas kepemimpinan Kementerian Keuangan.

"Investor asing jelas terguncang oleh sinyal-sinyal Prabowo yang meresahkan tentang realokasi anggaran dan kemampuan Kementerian Keuangan untuk mempertahankan disiplin fiskal secara keseluruhan," kata Homin Lee, ahli strategi makro senior di Lombard Odier Ltd. di Singapura. 

Ia menambahkan, pelemahan penerimaan negara baru-baru ini dan defisit awal yang diakibatkannya tampaknya menghidupkan kembali kekhawatiran pasar tentang masa depan kabinet.

Nirgunan Tiruchelvam, seorang analis di Aletheia Capital di Singapura mengatakan, aksi jual saham ini merupakan hal yang tiba-tiba dalam banyak hal kejadian ini mengejutkan pasar. 

“Langkah-langkah antibisnis Prabowo dapat memperburuk situasi ini, tetapi sekarang tampaknya sudah dipenuhi dengan banyak hal negatif,” ujarnya seperti dilansir Bloomberg.

Investor sekarang menantikan pertemuan kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) pada Rabu (19/3). Para pembuat kebijakan dapat mengungkap langkah-langkah untuk lebih menstabilkan pasar keuangan negara dan meningkatkan pertumbuhan.

“Pasar tidak suka ketidakpastian, tetapi mereka suka arah — sekarang giliran para pembuat kebijakan untuk menentukan arahnya,” kata Mohit Mirpuri, seorang manajer dana di SGMC Capital Pte di Singapura.

Selanjutnya: Cetak Rekor Tertinggi, Harga Emas Antam Melejit Rp 14.000 Hari Ini 19 Maret 2025

Menarik Dibaca: Cetak Rekor Tertinggi, Harga Emas Antam Melejit Rp 14.000 Hari Ini 19 Maret 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×