Reporter: Benedicta Prima | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk memangkas lagi suku bunga BI-7 Days reverse Repo Rate (BI-7DRRR) menjadi 5,5%. Keputusan ini dianggap menjadi sentimen positif bagi IHSG.
Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali menjelaskan penurunan suku bunga membuat investor lebih tertarik untuk berinvestasi di aset yang lebih berisiko seperti saham.
"Karena semakin kecil imbal hasil dari deposito atau obligasi maka semakin besar kemungkinan investor untuk investasi di saham," jelas Frederik saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (22/8).
Baca Juga: Suku bunga BI turun lagi, BRI kian yakin bisa capai target pertumbuhan kredit 12%
Selain itu, penurunan suku bunga juga dapat berimbas baik pada emiten yang memiliki struktur modal yang didominasi oleh utang. Sebab penurunan suku bunga akan langsung berdampak pada pembayaran bunga utang. "Termasuk bila harus melakukan refinancing," imbuh dia.
Sektor yang memiliki dampak positif adalah perbankan karena biaya bunga (cost of fund) akan menurun. Selain itu, sektor properti juga terdampak sentimen positif. Dari sisi permintaan properti akan meningkat terutama dari pembeli rumah pertama. Selain itu emiten properti juga memiliki struktur modal yang banyak dari utang.
"Adapun emiten yang fokus pada ekspor akan mendapatkan dampak positif dari kestabilan Rupiah setelah penurunan suku bunga," jelas Frederik.
Bila dirunut, pemangkasan ini menjadi kali kedua di tahun 2019. Setelah pada tahun lalu BI agresif menaikkan suku bunga hingga 175 basis poin (bps).
Baca Juga: Bunga BI turun, IHSG merosot 0,22% ke level 6.239, Kamis (22/8)
Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan pemangkasan suku bunga ini sejalan dengan upaya mempertahankan pertumbuhan ekonomi di tengah ekonomi global yang tengah melambat. Apalagi, The Fed juga telah menurunkan suku bunganya menjadi 2-2,5% pada awal Agustus lalu.
Dengan keputusan tersebut, Frederik melihat BI bersikap bahwa The Fed tidak akan menurunkan suku bunga lagi. Frederik melihat BI kali ini lebih fokus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Sehingga keputusan ini lebih untuk mendorong permintaan investasi dalam negeri terutama pendanaan dari institusi non-bank.
Kendati begitu, IHSG juga masih dibayangi oleh gejolak global. "Masih yang mempengaruhi global ya secara dominan, apalagi fokus Indonesia saat ini kan menarik investasi dari luar negeri," ujar Frederik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News