kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penurunan minat pada lelang sukuk negara lebih besar daripada ekspektasi


Selasa, 24 Maret 2020 / 19:16 WIB
Penurunan minat pada lelang sukuk negara lebih besar daripada ekspektasi
ILUSTRASI. Dalam lelang hari ini, jumlah penawaran yang masuk menyentuh Rp 14,60 triliun.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada Selasa (24/3), pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mengadakan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara. Dalam lelang kali ini, jumlah penawaran yang masuk menyentuh Rp 14,60 triliun.

Jumlah ini turun lebih dari setengah jika dibandingkan lelang SBSN sebelumnya yang berhasil menyentuh Rp 36,73 triliun. Direktur Riset dan Investment Pilarmas Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengaku hasil ini di luar ekspektasi dia. Pasalnya Nico memperkirakan lelang kali ini setidaknya masih akan berada di kisaran Rp 30 triliun.

“Dengan cukup besarnya selisih dengan lelang sebelumnya, artinya saat ini banyak pelaku pasar yang mulai wait and see terhadap situasi terkini. Investor masih akan ragu selama pandemi virus corona masih terjadi dan terus menyebar di Indonesia,” ujar Nico kepada Kontan.co.id, Selasa (24/3).

Baca Juga: Penawaran masuk pada lelang sukuk turun, pemerintah menyerap di bawah target

Nico menuturkan saat ini para investor lebih memilih untuk memegang uang tunai, khususnya dolar Amerika Serikat (AS). Di saat situasi dipenuhi ketidakpastian, investor akan berusaha menjaga level likuiditas agar tetap aman. Sehingga uang tunai menjadi primadona.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengungkapkan, di tengah tingginya gejolak yang terjadi di pasar, wajar adanya jika para investor akhirnya berpikir ulang sebelum masuk ke pasar obligasi. Terlebih lagi ketika sumber masalah saat ini, yakni virus corona, tidak bisa diprediksi kapan akan berakhir.

“Maka dari itu, wajar akhirnya jika pasar utang ditinggalkan dan hasil lelang jadi turun. Karena investor akan memilih wait and see, walaupun dari sisi yield sebenarnya menarik,” terang Ramdhan.

Baca Juga: Rupiah menguat ke Rp 16.500 per dolar AS pada Selasa (24/3)

Ramdhan menambahkan, kondisi saat ini sebenarnya bersifat sementara. Hanya saja, karena virus corona sangat mungkin berkepanjangan dan berlarut-larut, tren turunnya minat investor juga akan bisa terus berlanjut.

Bagi Ramdhan, penanganan virus corona secara medis, misalnya dengan ditemukannya vaksin virus corona, baru bisa akan menghentikan tren penurunan ini. Setali tiga uang, Nico juga menegaskan hal serupa. Nico melihat, bottom tren penurunan ini bakal akan terus berlangsung sampai puncak persebaran virus corona.

“Karena bottom-nya akan mengikuti puncak wabah. Jadi ketika persebaran berkurang dan tren pemulihan sudah terjadi, investor baru akan kembali ke emerging market dan yield perlahan pun turun,” tegas Nico

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×