kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.907.000   -4.000   -0,21%
  • USD/IDR 16.193   -24,00   -0,15%
  • IDX 6.864   -14,20   -0,21%
  • KOMPAS100 999   -3,10   -0,31%
  • LQ45 763   -2,26   -0,29%
  • ISSI 226   -0,55   -0,24%
  • IDX30 393   -1,27   -0,32%
  • IDXHIDIV20 454   -1,69   -0,37%
  • IDX80 112   -0,33   -0,30%
  • IDXV30 114   -0,06   -0,05%
  • IDXQ30 127   -0,65   -0,51%

Intip Rekomendasi Saham Emiten yang Lakukan Rights Issue, Bagaimana Prospeknya?


Jumat, 04 Juli 2025 / 08:15 WIB
Intip Rekomendasi Saham Emiten yang Lakukan Rights Issue, Bagaimana Prospeknya?
ILUSTRASI. Suasana main hall Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta. Sejumlah emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah melakukan aksi rights issue di awal semester II 2025. (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah melakukan aksi rights issue di awal semester II 2025.

Terbaru, ada PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) menawarkan sebesar 8.083.478.731 alias 8,03 miliar saham baru. Jumlah ini setara dengan 13,91% dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh (tidak termasuk saham treasuri) setelah rights issue dengan nilai nominal Rp 10 per saham.

Setiap pemegang 619 saham lama yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) pada tanggal 10 Juli 2025 pukul 16.00 WIB berhak atas sebanyak 100 HMETD.

Yang mana, setiap satu HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli sebanyak satu saham baru dengan harga pelaksanaan sebesar Rp 680 yang harus dibayar penuh pada saat mengajukan pemesanan pelaksanaan HMETD. 

“Alhasil, jumlah dana yang akan diterima oleh TOWR dalam rights issue kali ini adalah sebesar Rp 5.496.765.537.080 alias Rp 5,49 triliun,” kata manajemen TOWR dalam keterbukaan informasi, Rabu (2/7).

Baca Juga: Sarana Menara Nusantara (TOWR) akan Gelar Rights Issue, Berikut Jadwalnya

PT Sapta Adhikari Investama (SAI) selaku pemegang 52,46% saham entitas Grup Djarum ini menyatakan tidak akan melaksanakan seluruh HMETD yang akan diperolehnya dalam PMHMETD I perseroan. Sehubungan dengan hal tersebut, SAI tidak akan melakukan pengalihan atas sebagian atau seluruh HMETD yang tidak dilaksanakan dalam PMHMETD I TOWR

Sementara, PT Dwimuria Investama Andalan (DIA) selaku pemegang 8,33% saham TOWR menyatakan akan melaksanakan seluruh HMETD yang akan diperolehnya dalam PMHMETD I perseroan. DIA juga sebagai pembeli siaga yang akan membeli seluruh sisa saham baru sebanyak-banyaknya 7,39 miliar saham.

TOWR telah mendapatkan persetujuan dari RUPSLB atas rencana penambahan modal dengan mengeluarkan saham baru dari portepel perseroan dalam jumlah sebesar-besarnya 15 miliar lembar saham atas nama dengan nilai nominal Rp 10 per saham dari modal disetor perseroan.

Seluruh dana yang diperoleh dari rights issue ini, setelah dikurangi oleh biaya-biaya emisi, akan digunakan oleh TOWR untuk meningkatkan kepemilikan sahamnya di Protelindo, entitas anak yang 99,99% sahamnya dimiliki oleh perseroan.

Baca Juga: Catat Jadwalnya, Solusi Sinergi Digital (WIFI) Gelar Right Issue Rp5,89 Triliun

PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) berencana melakukan penambahan modal dengan rights issue senilai maksimal Rp 5,89 triliun. Perusahaan yang terafiliasi Hashim Djojohadikusumo ini akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 2,95 miliar saham baru dengan nominal Rp 100 per saham.

Setiap pemegang 4 saham lama akan memperoleh 5 HMETD, di mana 1 HMETD memberikan hak untuk membeli 1 saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 2.000 per saham. 

Dalam aksi korporasi ini, PT Investasi Sukses Bersama, salah satu pemegang saham WIFI, akan melaksanakan haknya sebanyak 1,48 miliar HMETD dengan harga pelaksanaan sebesar Rp 2.000. 

Sejauh ini, WIFI sudah mengamankan dana sebesar Rp 2,97 triliun dari PT Investasi Sukses Bersama. Artinya, masih ada sekitar 1,46 miliar saham yang bisa ditebus oleh investor ritel.

Bagi investor yang tidak melaksanakan HMTED, sahamnya akan terdilusi sampai dengan 55,56% dari porsi kepemilikannya. Seluruh dana dari rights issue ini akan digunakan oleh WIFI untuk setoran modal.

PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP) bakal menerbitkan maksimal 2,23 miliar saham biasa dengan nominal Rp 500 per saham. Namun belum banyak informasi yang disampaikan oleh CMNP mengenai aksi korporasi ini. Harga pelaksanaan dan jumlah final akan diungkapkan dalam prospektus berikutnya. 

PT Provident Investasi Bersama Tbk (PALM) juga sudah mendapat restu untuk menerbitkan sebanyak-banyaknya 4.719.862.337 saham baru melalui rights issue.

“Namun, untuk nilai rights issue akan disampaikan kemudian,” ujar Direktur Investasi dan Portofolio PALM, Ellen Kartika dalam paparan publik RUPS PALM, Rabu (25/6) lalu.

Baca Juga: Cermati Prospek Emiten yang Gelar Private Placement & Right Issue,Ini Rekomendasinya

Selain itu, tercatat ada juga PT Artha Mahiya Investama Tbk (AIMS), PT Green Power Group Tbk (LABA), PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET), PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), dan PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO) yang sedang melakukan aksi korporasi ini.

Community Lead PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Angga Septianus mengatakan, aksi rights issue menjadi salah satu alternatif pendanaan untuk mendapatkan dana dalam menunjang operasional emiten. Sehingga, tentunya emiten sudah mempertimbangkan rasio penerbitan saham baru untuk publik. 

“Untuk prospek masing-masing emiten harus memeprtimbangkan kembali kesehatan keuangan masing-masing emiten dan prospek pertumbuhan kedepannya,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (2/7).

Analis Panin Sekuritas, Cliff Nathaniel mengatakan, di tengah kondisi suku bunga yang masih relatif tinggi di Indonesia, aksi korporasi rights issue dapat menjadi langkah strategis bagi emiten untuk memperoleh tambahan modal demi mendukung ekspansi usaha atau melakukan restrukturisasi keuangan. 

“Selain itu, aksi korporasi ini juga berpotensi menjadi katalis positif untuk meningkatkan sentimen pasar terhadap harga saham, namun investor perlu tetap berhati-hati dan memperhatikan tujuan dari aksi korporasi tersebut,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (2/7).

Di tengah kondisi pasar saat ini yang masih cukup volatil, penting bagi investor untuk mencermati tujuan di balik aksi right issue yang dilakukan oleh masing-masing emiten. 

Baca Juga: Emiten Ramai Gelar Private Placement & Right Issue, Ini Saham yang Menarik Dikoleksi

Untuk emiten yang berencana menggunakan dana hasil right issue-nya untuk melakukan ekspansi, mungkin bisa menjadi katalis positif untuk meningkatkan kinerja fundamentalnya. 

“Namun, untuk emiten yang melakukan aksi korporasi ini untuk membayar utang mungkin harus diperhatikan lagi,” paparnya.

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan mengatakan, aksi rights issue yang cukup ramai belakangan ini mencerminkan kombinasi kebutuhan pendanaan ekspansi dan upaya memperkuat struktur keuangan. Terutama, setelah tekanan ekonomi global yang mendorong kenaikan biaya dana. 

Banyak emiten melihat semester II 2025 sebagai momentum yang lebih kondusif, seiring pemulihan pasar modal dan valuasi saham yang sudah cukup terkoreksi. Selain itu, rights issue juga menjadi sarana untuk memperkuat modal inti, khususnya di sektor keuangan dan infrastruktur. “Serta, membuka ruang bagi keterlibatan investor strategis, termasuk pemegang saham pengendali,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (2/7).

Menurut Ekky, tingkat keberhasilan serapan rights issue saat ini sangat bergantung pada kondisi fundamental emiten dan dukungan dari pemegang saham utama. 

Emiten seperti TOWR, yang rights issue-nya ditawarkan pada harga premium, menunjukkan adanya kepercayaan tinggi dari standby buyer, seperti Grup Djarum. 

Sementara, BBTN menarik karena rights issue-nya diarahkan untuk memperkuat rasio kecukupan modal dan mendukung ekspansi pembiayaan properti.

“Ini sangat relevan di tengah dorongan program FLPP dan insentif PPN DTP dari pemerintah baru,” ungkapnya.

Prospek rekomendasi saham

Menurut Ekky, kondisi pasar saat ini memang belum sepenuhnya pulih. Namun, prospek penurunan suku bunga global, sinyal pelonggaran BI rate, dan rotasi ke sektor properti dan infrastruktur memberikan angin segar bagi emiten yang menggelar rights issue dengan valuasi menarik dan tujuan yang jelas. Likuiditas pasar juga mulai membaik setelah tekanan dana asing di semester I.

“Di sisi lain, investor tetap perlu mencermati risiko eksternal seperti konflik geopolitik atau perang dagang tarif AS yang dapat mengganggu sentimen,” paparnya.

Ekky pun merekomendasikan beli untuk TOWR, karena sudah ada signal rebound dengan target harga terdekat di Rp 600 - Rp 630 per saham, dan target swing lanjutan di Rp 680 - Rp 700 per saham. 

Rekomendasi trading buy disematkan untuk LABA dengan target harga terdekat di Rp 250 per saham dan target lanjutan Rp 280 per saham. Lalu, rekomendasi buy on weakness dikasih untuk WIFI di level Rp 1.900 per saham, dengan target harga jangka panjang di Rp 3.000 per saham.

Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Indonesia, Fath Aliansyah Budiman mengatakan, emiten yang melakukan rights issue dengan pembeli siaga sebenarnya lebih menarik. 

Namun, misalnya untuk WIFI, tak semua saham right issue emiten sektor teknologi ini diserap oleh pemegang saham mayoritas.

“Pemegang saham mayoritas hanya menyerap porsinya mereka saja,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (2/7).

Meskipun begitu, pemegang saham mayoritas WIFI sudah memberikan komitmen untuk ikut ambil bagian di aksi right issue ini. Sementara, pemegang saham ritel normalnya akan melihat apakah harga saham ada di atas harga eksekusi atau tidak.

Baca Juga: Green Power (LABA) Bukukan Kerugian Rp 8,71 Miliar Saat Penjualan Melesat

Saat ini, WIFI juga jadi salah satu yang bisa diperhatikan terkait dengan right issue yang akan dijalankan. Apabila aksi korporasi itu berjalan dengan lancar, WIFI memiliki kemampuan untuk ekspansi secara agresif terkait dengan pengembangan jaringan internet murah. 

“Penetrasi internet yang masih tergolong kecil di Indonesia memberikan potensi cerita pertumbuhan untuk WIFI. Secara prospek seharusnya WIFI bisa memberikan potensi pertumbuhan jangka panjang,” ungkapnya.

Investment Analyst Stockbit, Theodorus Melvin mengatakan, harga pelaksanaan right issue TOWR lebih tinggi dari harga sahamnya. Pada penutupan perdagangan hari ini (2/7), harga TOWR ditutup di Rp 550 per saham.

“Setelah right issue, PT Dwimura Investama Andalan akan memiliki hingga 20,86% saham TOWR,” paparnya dalam keterangan resmi yang diterima Kontan, Rabu (2/7).

Sementara, Cliff menilai prospek kinerja TOWR saat ini masih tertekan akibat konsolidasi perusahaan telekomunikasi yang akan berdampak pada perlambatan kinerja emiten menara secara keseluruhan. 

“Namun, secara jangka panjang konsolidasi ini akan berdampak positif, karena dengan tersisa hanya tiga pemain telko di industri akan semakin lebih efisien pasarnya,” ungkapnya.

Cliff pun merekomendasikan hold untuk TOWR dengan target harga Rp 575 per saham.

Selanjutnya: Kode Redeem ML Hari ini 4 Juli 2025, Simak juga Cara Mendapatkan Emote MLBB ALLSTAR

Menarik Dibaca: 5 Kota Besar di Australia yang Wajib Masuk Daftar Kunjungan Saat Liburan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×