Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berbagai sentimen negatif merundung harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dalam pekan ini. Turunnya permintaan China menyebabkan ekspor CPO Malaysia pada Februari lalu turun hingga 11% menjadi hanya 1,35 juta ton. Ini terjadi lantaran suplai minyak kedelai dan minyak nabati Negeri Tirai Bambu itu cukup tinggi.
Meski begitu, Direktur PT Garuda Berjangka, Ibrahim menilai, berkurangnya permintaan CPO oleh China hanya bersifat temporer. "Februari kemarin kan bulannya Imlek dan Cap Go Meh, jadi wajar China sudah menyiapkan stok minyak kedelai dan minyak nabati yang tinggi sehingga kebutuhan CPO agak berkurang," katanya.
Di sisi lain, ia menilai, tekanan harga yang dialami sejumlah komoditas, termasuk CPO disebabkan oleh pasar yang mengantisipasi kenaikan suku bunga Amerika Serikat dalam waktu dekat di bulan Maret ini. Tambah lagi, data ekonomi AS sejauh ini cukup positif sehingga memberi sokongan bagi indeks dollar untuk naik.
"Wajar kalau perhatian pelaku pasar saat ini lebih tertuju ke dollar AS ketimbang ke minyak sawit mentah atau komoditas lainnya," ujar Ibrahim. Ia berpendapat, setelah Federal Reserve mengerek suku bunga acuan, harga CPO berpotensi kembali naik dan stabil.
Pekan ini, harga CPO masih akan berada dalam tren bearish. Pelaku pasar masih tertuju pada komentar para pejabat The Fed terkait kebijakan ekonomi AS.
Ibrahim memprediksi, sepekan ke depan harga CPO akan berada dalam rentang RM 2.430-2.485 per metrik ton. Sementara, hari ini ia memperkirakan harga akan bergerak di kisaran RM 2.445-2.470 per metrik ton.
Selasa (6/3) pukul 10.43 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Mei 2018 di Malaysia Derivatives Exchange naik 0,65% ke level RM 2.479 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News