kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Saham CPO masih dalam tekanan


Senin, 05 Maret 2018 / 07:45 WIB
Saham CPO masih dalam tekanan


Reporter: Riska Rahman | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sempat terpapar sentimen negatif dari Eropa, harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) kembali bangkit. Kondisi ini ikut mengerek prospek harga saham para pekebun sawit di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Pada Januari lalu, Parlemen Uni Eropa sepakat berupaya menghentikan penggunaan CPO sebagai bahan bakar pada 2021. Hal ini sempat menjadi pukulan bagi industri sawit dunia. Namun, salah satu perusahaan CPO terbesar dunia, Sime Darby Plantation, menyatakan pelarangan itu tak akan mengganggu permintaan CPO global.

Pernyataan ini menjadi sentimen positif bagi saham perkebunan. Namun, Vice President Research Artha Sekuritas Indonesia Frederik Rasali menilai, hal itu belum bisa mendorong saham CPO.

Apalagi, beberapa negara seperti Amerika Serikat dan India baru saja merilis aturan yang menghambat ekspor CPO para emiten perkebunan. "AS baru mencanangkan kebijakan anti-dumping untuk impor biodiesel dari Indonesia, sementara India baru menaikkan pajak impor CPO menjadi 44%," ujar Frederik kepada Kontan.co.id, Jumat (2/3) lalu.

Di sisi lain, Stockbit mencatat, selama 10 tahun terakhir indeks perkebunan di BEI hampir selalu menguat di bulan Maret. Indeks ini hanya melemah sekali pada Maret 2013, yakni 0,75%. Sejak awal tahun (ytd), saham CPO tumbuh 7,31%, lebih tinggi dibandingkan IHSG yang tumbuh 3,57% (ytd).

Frederik melihat, siklus kenaikan Maret dan pertumbuhan sejak awal tahun menjadi alasan saham CPO patut dilirik tahun ini. "Kenaikan saham Maret tak berhubungan dengan bisnis emiten CPO yang biasanya meningkat di semester kedua tiap tahun, bersamaan waktu panen," ujar dia.

Adapun pertumbuhan saham CPO di tahun ini bukan murni dipicu kinerja. Kenaikan harga CPO sejak Desember 2017 ikut mengerek harga saham CPO. Pertumbuhan signifikan terjadi pada 1 Maret 2018 saat Indonesia menang sengketa dengan Eropa yang telah diputuskan WTO.

Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido Hutabarat menilai, faktor AS dan India turut menekan prospek CPO. Namun masih ada sentimen positif yang memayungi sektor ini sementara waktu, yakni menguatnya dollar AS. Emiten CPO yang banyak mengekspor berpotensi meraup untung dari selisih kurs.

Kevin tetap mengimbau pelaku pasar mencermati fundamental setiap emiten sebelum memilih sahamnya. Di jangka panjang, Kevin belum merekomendasikan saham perkebunan. Rendahnya permintaan, terutama akibat kebijakan negara tujuan utama ekspor Indonesia, turut menghambat ekspor CPO dan mempengaruhi harga komoditas ini. "Investor lebih baik mengambil momentum sentimen saja karena saham ini belum terlihat kembali rebound," kata dia, yang menyarankan hold untuk sektor perkebunan.

Frederik juga memprediksi saham CPO masih terkoreksi untuk sementara waktu sebelum bisa dikoleksi lagi. Dia masih bersikap netral terhadap sektor ini.          

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×