Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana syariah berjenis pendapatan tetap dan pasar uang merespons lebih baik penurunan suku bunga. Alhasil, kinerja kedua reksadana syariah tersebut unggul dibandingkan dengan reksadana sejenis yang konvensional.
Berdasarkan data Infovesta Utama per 21 Februari 2020, sejak awal tahun, reksadana pendapatan tetap syariah yang tercermin dalam Infovesta Sharia Fixed Income Fund Index mencatatkan imbal hasil positif tertinggi diantara jenis reksadana lainnya baik konvensional dan syariah. Pertumbuhan yang unggul tersebut mencapai 3,20%.
Selanjutnya selama satu tahun terakhir, reksadana pendapatan tetap syariah juga mencatatkan return sebesar 12,53%. Kinerja tersebut jadi yang paling tinggi melebihi kinerja reksadana pendapatan tetap konvensional yang hanya mencatatkan return 10,52% di periode yang sama.
Baca Juga: Bidik Dana Rp 8 Triliun, Sukuk Ritel SR012 Masih Menjanjikan
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan kinerja reksadana pendapatan tetap syariah bisa lebih tinggi dari reksadana pendapatan tetap konvensional karena aset dasar sukuk secara umum memiliki imbal hasil yang lebih tinggi dari surat utang konvensional. "Peminat sukuk itu terbatas, agar menarik biasanya imbal hasil sukuk akan lebih tinggi dari surat utang konvensional," kata Wawan, Selasa (25/2).
Selain dari tingkat kupon atau imbal hasil yang sudah lebih premium, penurunan suku bunga juga diproyeksikan akan lebih baik direspon oleh sukuk dari pada surat utang konvensional seperti surat utang negara (SUN). Wawan mengatakan kenaikan harga sukuk dalam merespons penurunan suku bunga bisa lebih tinggi karena kembali lagi peminat sukuk terbatas. Apalagi yang menerbitkan sukuk juga jauh lebih sedikit dari SUN, sehingga ketika suku bunga turun, harga sukuk naiknya lebih tinggi.
Baca Juga: Enggak mau dapat julukan si boros, ini cara jitu menabung buat milenial
Director & Chief Investment Officer Fixed Income Manulife Aset Manajemen Ezra Nazula menambahkan reksadana pendapatan tetap memiliki underlying sukuk yang permintaannya semakin naik seiring dengan turunnya yield obligasi konvensional. "Alhasil, investor beralih berbondong beli sukuk sebagai contoh permintaan lelang sukuk pemerintah yang terakhir naik ke level Rp 60 triliun," kata Ezra.
Ke depan, Ezra memproyeksikan kinerja reksadana pendapatan tetap bisa tetap tumbuh mengingat tren penurunan suku bunga yang terus berjalan di tengah kondisi makro ekonomi yang stabil. "Imbal hasil obligasi syariah berpotensi turun ke level 6,25%-6,5% untuk tenor 10 tahun," kata Ezra.
Baca Juga: Kinerja reksadana saham terangkat di pekan lalu
Senada, Wawan memproyeksikan tren penurunan suku bunga yang berlanjut bisa membuat reksadana syariah berbasis obligasi jadi menarik karena cenderung memiliki imbal hasil dan kenaikan harga yang lebih tinggi dari reksadana pendapatan tetap konvensional yang beraset SUN. Wawan memproyeksikan kinerja reksadana pendapatan tetap tumbuh 7%-8% di tahun ini.
Kompak, reksadana pasar uang syariah juga berkinerja lebih tinggi dari reksadana pasar uang konvensional. Tercatat sejak awal tahun hingga Jumat (21/2) kinerja reksadana pasar uang syariah naik 0,79% lebih tinggi dari reksadana pasar uang konvensional yang berada di 0,71%.
Baca Juga: Emiten Wait and See, Aktivitas Pencarian Dana Jadi Sepi
Wawan mengatakan kinerja reksadana pasar uang syariah juga tertopang oleh sukuk dengan tenor di bawah satu tahun yang berkinerja lebih baik dari SUN di tenor yang sama.
Selain itu, mayoritas deposito yang berasal dari bank syariah rata-rata menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi dari deposito yang berasal dari bank nonsyariah. "Bank syariah biasanya masuk dalam bank buku menengah sehingga menawarkan imbal hasil yang kompetitif," kata Wawan. Untuk reksadana pasar uang baik konvensional maupun syariah Wawan memproyeksikan kinerja di tahun ini bisa tumbuh 4%-4,5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News