Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski jumlah investor terus bertambah, volume penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel cenderung melambat belakangan ini.
Sebagai gambaran, Sukuk Tabungan seri ST005 yang ditawarkan bulan Agustus lalu hanya terjual sebesar Rp 1,96 triliun. Padahal, pemerintah melalui Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu memasang target indikatif sebesar Rp 2 triliun.
Baca Juga: Tren kupon menurun, target hasil penerbitan SBN ritel di batas bawah
Begitu juga dengan Savings Bond Ritel seri SBR008 yang terbit September silam hanya terjual Rp 1,85 triliun. Setali tiga uang, obligasi ritel ini sejatinya memiliki target indikatif senilai Rp 2 triliun.
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail Zaini menilai, mulai berkurangnya minat investor terhadap SBN ritel dikarenakan suplai instrumen tersebut sudah cukup melimpah. Apalagi, sejak awal tahun, pemerintah sangat gencar dalam menawarkan SBN ritel kepada investor ritel.
Asal tahu saja, tahun ini pemerintah menerbitkan 10 seri SBN ritel. Delapan di antaranya telah terbit sampai Agustus lalu.
Pelan tapi pasti, investor ritel mulai kehabisan dana untuk investasi di SBN ritel. Belum lagi, minat investor ritel juga terpengaruh oleh tren penurunan kupon SBN ritel yang sejalan dengan pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia.
Baca Juga: Pemerintah sudah tak agresif, penjualan ORI016 diramal sulit menyamai capaian ORI015
“Pertumbuhan ekonomi yang stagnan juga membuat investor ritel cenderung berhati-hati mengalokasikan dananya untuk investasi,” tambah dia, Rabu (2/10).
Di samping itu, harus diakui likuiditas yang mengetat di perbankan akibat imbas perebutan dana pihak ketiga (DPK) juga memengaruhi lesunya penjualan SBN ritel akhir-akhir ini. Perbankan pun cenderung tidak terlalu agresif dalam menjajakan instrumen ini.
Catatan Kontan, ketika penawaran SBR008 bulan lalu, Bank Mandiri hanya mencatatkan nilai penjualan sebesar Rp 205 miliar. Padahal, bank pelat merah ini menargetkan jumlah penjualan sebesar Rp 325 miliar.
“Penjualan SBN ritel di perbankan ujung-ujungnya ditujukan ke nasabah umumnya merupakan deposan juga,” tukas Mikail.
Baca Juga: Pemerintah masih butuh Rp 10,97 triliun untuk melunasi SBN ritel yang jatuh tempo
Menurutnya, sentimen-sentimen yang disebutkan tadi masih akan berlaku di sisa tahun ini. Tak heran, potensi melambatnya penjualan SBN ritel yang tersisa di tahun ini masih cukup terbuka.
Jika ingin meningkatkan lagi gairah investor ritel, pemerintah mau tidak mau mesti menawarkan kupon yang lebih menarik pada penawaran SBN ritel selanjutnya. Tapi tantangan ini sulit karena suku bunga acuan sedang dalam tren menurun sehingga pemerintah mesti menyesuaikan diri.
“Paling tidak pemerintah mesti menjaga spread SBN ritel dengan instrumen sejenis di level yang ideal,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News